​Tanpa Demo dan Gejolak, Inilah Taktik Pemerintah Hadapi Heboh Minyak Goreng dan Solar Langka | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Tanpa Demo dan Gejolak, Inilah Taktik Pemerintah Hadapi Heboh Minyak Goreng dan Solar Langka

Editor: MMA
Jumat, 25 Maret 2022 09:00 WIB

Dahlan Iskan

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Perang Terigu

Leong Putu

Segala hal yang sebelumnya bukan kebutuhan, menjadi kebutuhan jika kita terbiasa mengkonsumsinya, berulangkali melakukannya, berulang menggunakannya. Ini komen yang serius. Banyak hal seperti itu. Gak percaya ? Mau Contoh? Mau atau mau banget ? Kalau sudah tau apa nanti gak nyesel ? Gak marah ? * Yang Pertama : @#%&@ **sensor ** Yang kedua : Obat kuat. Dan banyak lagi yang lainnya. Ini komen serius. Serius ngawurnya.

Mira Lestari

Porang kemahalan pak untuk dijadikan makanan pokok, prosesnya rumit. Paling gampang ubi singkong, kentang, talas, sagu, sukun, gembili, ganyong, suweg, uwi, gadung, Pisang tanduk, jagung.....tinggal rebus /kukus/ goreng/ tunu....sayangnya edukasi diversifikasi pangan kita gak jalan....

Iqbal Lombok

Keberhasilan Barat "mengedukasi" kita utk makan produk turunan gandum (terigu) adalah pelajaran penting tentang "perang budaya" . Membalasnya harus dengan perang budaya juga. Mungkin produk turunan Porang atau produk turunan padi bisa menjadi senjata utama kita. Atau yg lainnya, Monggo jk ada ide lainnya

Panggiring At Alasroban

Ini yang paling tidak masuk akal. Berjuta-juta ha kebun sawit kita. Konon terluas di dunia. Tapi harga minyak goreng di paksa tak jauh dari harga di Jepang. Yang bahkan tak punya sawit.

WidodoSrg Djoyo Martono

Berapa hektar kebun sawit yd dimiliki dan berapa % saham abah DI di pabrik migor? Sehingga Disway tdk membahas problem migor.

Tyang Mjk

bbm naik, elpiji naik, ppn naik, ada saran bijak kembali aja kita gunakan arang untuk penghematan. beberapa jenis arang yang bisa digunakan diantaranya : arang mangan, arang blonjo, arang njajan, arang hp-an bahkan arang nge-mall tapi jangan sampai arang adus.

Mirza Mirwan

Meski termasuk dalam 10 besar produsen gandum, sebenarnya Ukraina hanya berada di urutan ke-9. Berurutan dari Tiongkok (134,3 juta ton/tahun), India (98,5 juta ton), Rusia (85,9 juta ton), AS (47,3 juta ton), Perancis (36,9 juta ton), Australia (31,8 juta ton), Kanada (30 juta ton), Pakistan (26,7 juta ton), UKRAINA (26,2 juta ton), dan Jerman (24,5 juta ton). Pertanyaannya, mengapa Indonesia sebegitu bergantungnya kepada Ukraina? Tetangga di belakang rumah saja produksinya lebih melimpah, kok. Selama ini impor gandum Indonesia yang terbesar dari Ukraina. Data BPS, 2020 Indonesia impor 2,9 juta ton gandum dari Ukraina, sementara dari Rusia 68,8 ribu ton saja. Tahun kemarin dari Ukraina 2,8 juta ton, dari Rusia hanya 3000 ton doang. Sebenarnya aneh juga, memang. Indonesia bukan negara penghasil gandum. Tetapi ada perusahaan dari Indonesia yang bisa merajai pasar mi instan dunia, mengalahkan Nissin Food dari Jepang, yang adalah pelopor mi instan, dan Nestle dari Swiss. Kalau anda jalan-jalan ke Eropa, masuklah ke toko swalayan. Di deretan rak mi instan pasti anda temukan merek yang amat sangat terkenal di Indonesia sampai ke pelosok sekalipun. Tapi, boleh jadi, bukan produk Indonesia, melainkan Nigeria. Saya sendiri tak begitu suka mi instan, meskipun suka Bihun instan. Sama-sama instan, tetapi bahan bakunya beda. Bihun terbuat dari tepung beras, kok.

SapuSapuan

Kalau min instant mahal tentu rakyat gak mau beli, khan masih ada beras, kalau mie dan beras mahal, nah ini baru bencana nasional. Memang perlu digalakkan bahan pangan alternatif untuk mie dan beras, tapi bukan untuk mengganti, terlalu sulit ya... kalau ada alternatifnya khan rakyat bisa memilih sendiri.

Hariyanto

Tulusan yang luar biasa. Tanpa menyinggung minyak goreng, BBM, dan listrik sama sekali. Padahal kita bukan saja terancam kenaikan harga, tapi juga bisa terancam kelangkaan BBM dan listrik. Sama halnya seperti migor, mudah sekali bagi BBM untuk menghilang, batubara pernah melakukannya. Ada atau tidak adanya perang itu, bahkan andai perang itu berakhir besok pagi. Sepertinya Indonesia tidak hanya terancam krisis pangan, tapi bisa jadi juga energi. Semoga tidak terjadi.

Pryadi Satriana

"Minyak goreng mahal, Pak." "Hmm ... " "Terigu mahal, Pak." "Hmm ..." "Yang lain-lain ikut mahal, Pak." "Hmm ..." "Bahan-bahan pokok perlu disubsidi, Pak." "Ndhak ada duit." "IKN lanjut, Pak?" "Iya, sudah kita putuskan bersama." "KITA???"

yea a-ina

Diam adalah Lemas. Kalau hanya diam saja tandanya sedang LEMAS. No Action Weak Only NAWO

Lbs

Perang tdk kunjung selesai. Krn sepertinya Rusia sudah lupa caranya berperang. Terlihat amatiran, kuno dan ngawur. Tdk spt Amerika dan Nato. Yg perangnya terlihat sangat pro dan modern. Krn mereka tetap rajin berperang meski perang dunia 2 telah usai. Musuh bisa d cari, d buat2. Asal bisa jadi tempat latihan dan ujicoba. Urusan nyawa manusia nomor 2. Yg penting kemanpuan membunuh dan menghancurkan dg cara modern, canggih, efektif dan efisien tetap terpelihara...

Edd Reader

Pagi ini, makan roti rasanya jadi berbeda. Biasanya langsung hap dan kunyah. Sekarang, saat melihat roti di tangan, terbayang perjalanan terigu sebelum menjadi roti yg begitu rumit. Mau impor tetapi tdk ada barangnya. Padahal permintaan produk olahan terigu meningkat. Apa daya. Saya juga membayangkan pembuat roti ini yg harus berpikir keras karena harga terigu naik. Tentu dia juga berpikir apakah saya mau beli rotinya lagi jika harga roti dia naikkan. Kasihan pembuat roti itu. Saya juga tdk tega jika pembuat roti yang akan saya nikmati ini menanggung rugi. Bagaimana nasib keluarganya nanti? Kalau demikian, saya rela besok atau lusa harga roti naik. Saya tetap akan beli. Yang saya belum rela adalah saya belum pernah merasakan beli minyak goreng harga 14rb. Stok di toko selalu habis. Begitu stok tersedia, harga langsung jadi 24rb. Saya kira salah tulis angka 1 dengan 2. Ternyata tidak salah tulis, harganya sekarang benar 24rb/ltr.

Hardiyanto Prasetiyo

Sebenarnya faktor penentu harga dan kontinuitas suplai gandum bukan sepenuhnya karena perang Ukraina, karena gandum di Ukraina saat ini belum waktunya panen. Namun faktor yang patut diwaspadai oleh pengguna gandum di seluruh dunia adalah global warming yang membuat anomali cuaca. Saat ini umur panen gandum 83-143 hari jika cuaca normal. Jika cuaca tak menentu bisa dipastikan akan mundur dan menjadi lebih lama. Krisis gandum tak akan terelakkan di masa depan jika tak ada terobosan teknologi pangan dlm hal modifikasi bibit secepatnya. Dan penyebab kelangkaan Indomie di Medan kemungkinan besar karena faktor minyak sayurnya imbas dari kelangkaan dan tingginya harga CPO. Eh lagi-lagi minyak.

Co Ba

Kita bukan produsen gandum. Kita harusnya produsen porang, kalau mau. Yo tho? Yo opo iyo? Yo iyo.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video