Nilai Islam dalam Dialog Pancasila Bung Karno, Wahid Hasyim, Yamin, Kahar dan Kiai Masykur
Editor: tim
Jumat, 15 April 2022 10:39 WIB
Kahar Muzakkir mengatakan: “Ada orang yang punya kebiasaan tangannya tidak mau disentuh dengan orang bawahan. Kalau memberi apa-apa dilemparkan. Umpamanya orang bawahan, pengemis. Kasih uang, dilemparkan saja. Kalau dalam Islam itu tidak bisa. Di dalam Islam, memberi itu harus diserahkan dengan baik. Jadi perikemanusiaan yang adil dan beradab. Adabnya ini tadi…”
Demikian isi dialog para tokoh yang kemudian menjadi sila kedua dari Pancasila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Inilah nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat kita sejak dahulu kala, dan oleh para tokoh pendiri bangsa ini perlu dilestarikan sebagai bagian penting dalam menjaga persatuan dan keakraban sosial.
Dengan nilai kemanusiaan, maka akan lahir sikap empati dan peduli, dengan menegakan keadilan, maka hukum rimba kedzaliman dapat dielakkan, dengan sikap beradab, maka perasaan riang gembira bisa diaktifkan.
Ketiganya saling terkait menjadi faktor penting mewujudkan keakraban sosial, jika tidak ada keadilan, maka akan berubah menjadi kerawanan sosial, karena hukum rimba akan berleluasa.
Itu sebabnya Nabi Muhammad menegaskan bahwa struktur sosial, salah satunya, adalah keadilan para pemimpin. Keadilan menjadi kunci agar keharmonisan dan keakraban sosial bisa diwujudkan.
Memang mudah diucapkan tapi susah diwujudkan bukan.
Demikianlah, nilai Islam dominan dalam dialog Bung Karno, Wahid Hasyim, Yamin, Kahar dan Kiai Masykur soal Pancasila. Dan ini sekaligus menunjukkan bahwa tokoh-tokoh Islam sangat berperan penting dalam perumusan dam kelahiran Pancasila.
Jakarta, 10 Ramadhan
Penulis alumnus Universitas Malaya Malaysia jurusan Syariah. Kini banyak menulis buku.