Cak Imin Sebut Yahya Staquf Gak Ngaruh pada PKB, Ketua PBNU: Arogan, Panik, Baper | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Cak Imin Sebut Yahya Staquf Gak Ngaruh pada PKB, Ketua PBNU: Arogan, Panik, Baper

Editor: Tim
Selasa, 03 Mei 2022 16:26 WIB

Ketua Umum PKB A Muhaimin Iskandar

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Hubungan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa () (Cak Imin) dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mulai memanas. Ini setelah Cak Imin mengatakan bahwa tak punya pengaruh di .

"Semua lembaga survei (menyebut) pemilih adalah loyal, solid sekali sampai ke bawah. Bahkan, Yahya Cholil Ketum PBNU ngomong apa aja terhadap , enggak ngaruh sama sekali," kata dalam acara "Ngabuburit Bersama Tokoh" CNN Indonesia TV, Ahad (1/5/2022).

Dikutip CNN, Cak Imin mengungkapkan bahwa punya dukungan 13 juta orang. Mereka adalah para pendukung solid.

Menurut Cak Imin, dukungan massa di akar rumput bisa menyukseskan pada 2024. Bahkan Cak Imin yakin modal massa tersebut semakin besar jika dirinya mencalonkan sebagai presiden.

Yang ia khawatirkan justru kondisi ekonomi yang saat ini menyulitkan . "Ketika krisis begini, pemilu, ya sudah yang punya uang yang menang. Berat buat partai saya," kata Cak Imin. Itulah kenapa Cak Imin mengajukan wacana penundaan pemilu yang kemudian dikecam ramai-ramai oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

Ternyata pernyataan Cak Imin itu mendapat reaksi keras dari Ketua PBNU Ishfah Abidal Aziz. Ia menganggap Cak Imin arogan.

"Saya terus terang merasa heran, kaget dengan Ketum tiba-tiba kehilangan akhlak komunikasi," ujar Ishfah kepada CNNIndonesia.com, Senin (2/5/2022).

"Kita melihat ada arogansi Muhaimin sebagai Ketum dalam pernyataan tersebut, justru ini sangat tidak baik," tambah Alex, panggilan Ishfah Abidal Aziz, yang juga Stafsus Menteri Agama.

(Ketua PBNU Ishfah Abidal Aziz. Foto: twitter)

Menurut Ishfah, pernyataan Cak Imin itu mengabaikan peran PBNU dalam perkembangan politik . Selama ini, kata Ishfah, lumbung suara terbesar adalah warga NU. Ishfah justru menilai, timbal balik yang diberikan oleh terhadap PBNU tidak sebanding sama sekali.

"Selama ini NU memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perolehan suara , dan itu sangat tidak sebanding dengan apa yang didarmabaktikan ke NU. Sangat tidak sebanding," kata Alex.

Menurut Alex, seharusnya memperbaiki hubungan dengan PBNU. Atau melakukan upaya pendekatan politik untuk merawat komunikasi .

"Membangun dan merawat komunikasi, itu harusnya dilakukan oleh partai politik. Bukan justru memunculkan arogansi yang sesungguhnya tidak bermanfaat untuk ," tegas Alex.

Alex menilai, pernyataan Cak Imin itu suatu bukti kepanikan. Menurut dia, itu ketakutan Cak Imin berlebihan bahwa partainya bakal ditinggalkan oleh NU sebagai basis pemilihnya.

"Kita melihat kekhawatiran berlebihan, kepanikan berlebih yang dirasakan Cak Imin yang khawatir NU lari dari , meninggalkan . Enggak seperti itu caranya," kata Alex.

"Yang seharusnya dilakukan adalah evaluasi dan refleksi apa yang sudah dilakukan terhadap NU, dibanding apa yang diberikan NU ke . Jauh enggak ada apa-apanya," tegas dia kemudian.

Alex menilai bahwa Cak Imin bertindak seperti setelah menjabat Ketum terlalu lama. Cak Imin terpilih sebagai ketum dalam Muktamar II di Semarang, Jawa Tengah, pada 2005 silam.

"Cak Imin terlalu baper, terlalu panik, gampang panik. Biasa lah itu ketua umum kalau sudah terlalu lama, jadi baperan, gampang panik, takut kehilangan kekuasaan," kata Alex.

Hubungan Cak Imin dan PBNU memang tak harmonis setelah Yahya terpilih sebagai ketum PBNU. Yahya dianggap lebih dekat dengan PDIP. Bahkan banyak pengurus PDIP yang kemudian jadi pengurus PBNU. Antara lain Mardani Maming yang menjabat Bendahara Umum PBNU yang kini sedang jadi sorotan publik, terutama warga NU, karena dipanggil Majelis Hakim Tipikor Kalimantan Selatan sebagai saksi kasus dugaan korupsi.

Sementara pengurus yang pada era KH Said Aqil Siroj dominan, pada era Yahya malah tergusur.

(. Foto: Antara/cnnindonesia)

Bahkan sejak awal memberi pernyataan yang cenderung tak dekat dengan .

"Relasi NU dengan saya kira alami sekali karena dulu dulu sendiri diinisiasi, dideklarasikan, oleh pengurus-pengurus PBNU, itu satu hal. Tapi, sekali lagi tidak boleh lalu NU ini jadi alat dari atau dikooptasi dengan ," ungkap Yahyapada program Newsroom CNN Indonesia TV, 29 November 2021. (tim)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video