Antisipasi Penyebaran LSD, Kepala Daerah di Jawa Timur Diminta untuk Segera Lakukan Vaksinasi | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Antisipasi Penyebaran LSD, Kepala Daerah di Jawa Timur Diminta untuk Segera Lakukan Vaksinasi

Editor: M. Aulia Rahman
Wartawan: Devi Fitri Afriyanti
Senin, 07 November 2022 14:07 WIB

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat meninjau peternakan sapi.

Munculnya nodul ini, lanjutnya, biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40.5 derajat celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif.

Tanda klinis lainnya yaitu lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. Selain itu, juga dapat meyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan hingga mengenai daging sapi.

“Informasi yang kami dapat penyakit ini cepat sekali menular dari kandang hewan sapi, dibandingkan dengan sapi lepas atau extensi,” katanya.

Meskipun tidak bersifat menular kepada manusia, menegaskan, berpotensi menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan sapi antara lain kehilangan berat badan karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.

“Kalau sapi sudah terinfeksi maka akan kehilangan nafsu makan, sehingga dagingnya menurun, selain itu dan susunya tidak bisa diproduksi lagi,” tuturnya.

Pemberian vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit kepada sapi memang menjadi langkah konkrit yang harus ditempuh. Akan tetapi, stok vaksin untuk sapi di Jatim agar terhindar dari penyakit masih dalam proses pengajuan.

Prof Wiku Adisasmito dari BNPB mengatakan vaksin masih terbatas. Sebab, produksi vaksin ada di Afrika Selatan dan Mesir. Namun, saat ini Pemerintah Australia sudah membantu dan menyiapkan 400 ribu dosis vaksin untuk wilayah Sumatra dan sudah dimintakan untuk Jatim sekitar 300 ribuan dosis vaksin tetapi minggu ini baru akan dikirim 50.000. Dan pemerintah menyediakan secara gratis.

Apabila peternak atau kepala daerah merasa butuh percepatan ketersediaan vaksin, Prof Wiku mengusulkan untuk meminta pengadaan vaksin peternak. Dengan kata lain, bisa mengadakan sendiri melalui koperasi atau asosisasi. Sebab, harganya sekitar Rp 20 ribuan. Ongkosnya jauh lebih murah dibandingkan dengan pakan ternak sapi (rumput) sekitar Rp 30 ribu sehari.

“Jadi sekali suntik bisa memberikan perlindungan untuk satu tahun. Kita bisa belajar dari pengalaman yang telat, sebisa mungkin sapi kita di Jatim harus lebih cepat diberikan perlindungan dari penyakit tanpa menunggu penyakitnya menyerang sapi baru divaksin maka akan telat sekali perlindungannya,” pungkasnya. (dev/mar)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video