Sungai Mujur, Jembatan Putus dan Semeru Semakin Tua
Editor: MMA
Senin, 10 Juli 2023 09:59 WIB
LUMAJANG,
BANGSAONLINE.com – Musim tiba-tiba menjadi anomali. Bulan Juli pun hujan deras.
Padahal belum musim hujan. Dalam persepektif ilmu musim, seharusnya baru
Oktober hujan deras. Ternyata Juli sudah hujan deras.
Saking derasnya sampai di Lumajang terjadi longsor. Bahkan jembatan putus dan menelan korban.
BACA JUGA:
Info BMKG Kamis 26 September: Surabaya Mulai Hujan, Bagaimana Situasi Cuaca Jatim?
Pramuka Lumajang Buka Suara Usai Nama Baiknya Dicatut Thoriq Soal Pengelolaan Donasi Semeru
Kamis Pagi ini, Gunung Semeru Alami Erupsi Abu Vulkanik Setinggi 700 Meter
Sasar Desa Terdampak Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru, BPBD Jatim Bentuk Destana di Lumajang
Tapi benarkah kata orang-orang di Lumajang, , "begitu mayat empat orang korban ditemukan, hujan berhenti".
Penuh misteri. Benarkah misteri itu juga berhubungan dengan Gunung Semeru? "Semeru ini semakin tua. Makin sulit dimengerti. Maka kita yang harus lebih mengerti seperti apa Semeru tua itu".
Siakan bacca tulisan wartawan kondang Dahlan Iskan di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE pagi ini, Senin, 10 Juli 2023.
PENGANTAR REDAKSI BANGSAONNLINE
JULI belum lagi tanggal 10. Hujan sudah datang lagi. Lebat. Panjang. Di mana-mana. Sampai heboh di medsos. Lumajang banjir besar. Bali banjir besar.
Hujan apakah ini?
Harusnya musim hujan 2022/2023 sudah lewat. Berakhir dua bulan lalu. Harusnya, musim hujan yang akan datang belum tiba. Masih jauh. Oktober depan.
Jumat-Sabtu lalu di Lumajang, Jatim, hujan tidak berhenti. Dua hari. Siang-malam. Hanya reda sebentar menjelang tengah hari. "Habis Jumatan hujan lebat lagi. Sampai Sabtu. Tidak ada redanya. Listrik padam," ujar Imam, sahabat Disway di lereng gunung Semeru.
Anda sudah bisa menebak cerita selanjutnya: lahar yang selama dua tahun terakhir menumpuk di puncak Semeru pun runtuh. Longsor. Hanyut bersama air hujan. Mengalir deras ke arah sungai Regoyo. Disebut juga sungai Mujur.
Sungai Mujur inilah yang selalu memberikan kemujuran penduduk sekitar. Sungai ini menjadi sumber pasir kelas 1 yang tidak habis-habisnya. Terus dikeruk. Tidak bisa habis. Belum lagi tampak berkurang sudah ada banjir pasir baru dari puncak Semeru.
Sesekali banjir campur pasir itu terlalu besar. Sungai Mujur membawa kemalangan. Sampai menghanyutkan rumah penduduknya. Termasuk ke isinya. Pun manusianya. Bahkan juga jembatan-jembatan yang dilewatinya.
Sabtu sore kemarin beberapa rumah roboh. Hanyut. Empat orang hilang. Termasuk satu keluarga muda: suami-istri-anak.
Satu jembatan gantung juga runtuh. Tali penggantung jembatan itu putus. Videonya beredar di medsos. Terasa mengerikan.
Jembatan ini baru: belum setahun. Bahkan belum lagi genap 7 bulan. Panjangnya 120 meter. Yang membangunnya kementerian PUPR.
Jangan salah: ini bukan jembatan baru yang di jalur utama lintas selatan. Itu jembatan desa. Sebagai hadiah tambahan untuk Lumajang yang kala itu baru saja menderita akibat letusan Semeru dua tahun lalu.