Anak Muda Israel Full Stress
Editor: MMA
Rabu, 17 Januari 2024 11:16 WIB
JERUSALEM, BANGSAONLINE.com – Banyak anak muda Israel resah. Karena mereka harus terlibat dalam aksi kekerasaan perang. Maklum, berdasarkan hukum Israel, orang berusia 18-24 tahun diwajibkan bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Jika tidak, mereka akan dipenjara selama 200 hari, disamping mendapat tekanan sosial.
Karena itu ada sekelompok anak muda terang-terangan menolak perang, meski beresiko dipenjara. Mereka menentang kebijakan pemerintah Isarael yang menduduki tanah Palestina dan pengebomangan warga sipil di Gaza.
BACA JUGA:
PUI Kediri Raya Serahkan Donasi Rp37 Juta untuk Palestina
Khofifah Ajak Kampus dan Pesantren di Jatim Beri Beasiswa Pendidikan untuk Anak-Anak Palestina
Khofifah: Ponpes Jatim Siap Tampung 1.000 Anak-Anak Palestina, Prabowo akan Teruskan ke Presiden
Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina
Bukan hanya anak muda yang menentang kebijakan pemerintahannya. Beberapa anggota komunitas Yahudi di Turki bahkan berunjuk rasa mendukung perjuangan rakyat Palestina dan mengkritik tindakan Israel di Gaza, Minggu (10/12/2023). Tampaknya gelombang penolakan warga Yahudi terhadap perang Israel, baik di dalam maupun di luar Israel, semakin besar.
Tak aneh, jika anak-anak muda Israel banyak yang stres. Benarkah? Silakan simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE di bawah ini:
Anda pun kelihatannya juga tahu: mengapa musik psychedelic trance populer di Israel. Sampai-sampai ada festival psychedelic di sana –yang berbuntut perang berkepanjangan antara Hamas dan Israel sekarang ini.
"Anak muda Israel full stress," tulis media di Jerusalem. Mereka kan diharuskan ikut wajib militer. Bukan satu tahun seperti di Amerika atau Taiwan. Tapi tiga tahun. Maka setelah selesai wajib militer mereka umumnya pergi tiga bulan. Cari wilayah yang paling bebas. Melepas stres.
Salah satu tujuan mereka adalah India. Khususnya ke daerah Goa. Di sana mereka bisa hidup bebas. Mirip-mirip hippies.
Komunitas Yahudi di Turki berunjuk rasa mendukung perjuangan rakyat Palestina. Mereka juga mengkritik tindakan Israel yang membobardir warga sipil Palestina di Gaza, Ahad (10/12/2023). Foto: AP/Kompas.id
Di Goa-lah mereka mengenal musik psychedelic trance. Di sana mereka juga bertemu anak muda dari negara lain --yang punya persoalan serupa.
Di samping wajib militer, kehidupan sehari-hari orang Israel juga dipenuhi ketegangan, kecurigaan dan rasa tidak aman. Mereka memerlukan pelepasan ketegangan –apa pun bentuknya.
Omri Homsy Harari mengakui semua itu. Ia adalah pendiri majalah Psychedelic. Ia juga pernah jadi EO untuk festival psychedelic trance.
"Hidup di Israel itu memang spesial. Tapi juga penuh stres," katanya pada media di sana.
Goa sendiri memang pernah menjadi ''ibu kota'' hippies dunia. Mulai tahun 1960-an.