Hadratussyaikh Anggap Lebih Bahaya Najisnya Pikiran Manusia Ketimbang Najisnya Anjing | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Hadratussyaikh Anggap Lebih Bahaya Najisnya Pikiran Manusia Ketimbang Najisnya Anjing

Editor: M Mas'ud Adnan
Minggu, 04 Februari 2024 09:15 WIB

Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari Foto: bangsaonline

Lalu bagaimana tanggapan Hadratussyaikh? “Yang menghukumi anjing itu kan ahli fiqh. Anjingnya sendiri kan gak tahu kalau najis,” kata Hadratussyaikh seperti disampaikan Kiai Musta’in Syafi’ie. Para kiai dan ribuan warga yang hadir dalam Haul Gus Dur tertawa.

Itu jawaban pertama Hadratussyaikh. Masih ada lagi jawaban kedua Hadratussyaikh. Apa itu?

“Kalau najisnya anjing itu masih bisa disucikan, walau najis mughalladzah. Dicuci 7 kali lalu dicampuri debu. Tapi kalau najisnya pikiran kiai mau disucikan dengan apa,” kata Hadratussyaikh seperti ditirukan Kiai Ahmad Musta’in Syafi’ie.

Artinya, kalau pikiran para kiai sampai terkontaminasi atau terpengaruh ajakan atau rayuan pemerintah penjajah Belanda,  sangat bahaya, baik bagi umat dan bangsa,maupun pada diri kiai itu sendiri.

Karena itu Hadratussyaikh menganggap lebih penting membentengi pikiran kiai ketimbang najisnya anjing. Toh najisnya anjing masih bisa disucikan. 

Menurut Kiai Musta’in, Van der Plas pun pulang dengan membawa kegagalan. Utusan Belanda itu bahkan heran, kenapa Hadratussyaikh kok malah lebih banyak membahas soal anjing ketimbang ajakan kerjasama dengan pemerintah Belanda.

“Jangan-jangan saya ini dianggap lebih najis dari pada anjing,” kata Kiai Musta’in menirukan pikiran Van der Plas yang disambut tawa para tokoh dan kiai serta warga NU yang hadir memenuhi Pesantren .

Menurut Kiai Musta’in Syafi’ie, Hadratussyaikh memang ulama yang sangat kokoh pendirian. Tak gampang goyah oleh rayuan pemerintah.

“Hadratussyaikh menempatkan keulamaan di atas politik,” ujar kiai yang hafal Al-Quran 30 jus itu. Karena itu Hadratussyaikh selalu berwibawa dan fatwanya didengarkan atau dipatuhi umat. Termasuk masyarakat di luar NU.

Tampak hadir Menko Polhukam Mahfud MD, sahabat dekat Gus Dur, Luqman Syaifuddin Zuhri, mantan Menteri Agama RI, dr Umar Wahid, adik kandung Gus Dur, Emil Elestianto Dardak, Wagub Jatim, Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid, istri Gus Sholah, Yenny Wahid, putri Gus Dur, dan tentu saja KH Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin), pengasuh Pesantren . (m mas'ud adnan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video