Agen Money Politics Bergerilya, dari Caleg-Capres Rp120 Ribu, Sampai di Pemilih Tinggal Rp40 Ribu
Editor: Tim
Selasa, 13 Februari 2024 15:15 WIB
Karena itu meski berasal dari dua partai beda koalisi dua caleg itu tetap kerjasama.
Sebagai orang tua, Rizal mengaku sempat mencari informasi berapa sebenarnya uang suap itu dari Caleg.
“Ternyata dari Caleg Rp 120. Yang Rp 100 ribu untuk pemilih atau oran yang nyoblos. Sedang yang Rp 20 untuk pengepulnya. Tapi buktinya nyampe ke pemilih tinggal Rp 40 ribu,” kata Rizal tersenyum kecut.
Memang para pengepul jarang yang jujur. “Rata-rata ngenthit (mencuri). Tapi iki ngenthit-te kakean (Memang rata-rata mencuri. Tapi ini mencurinya terlalu banyak),” tuturnya.
Sebagai orang yang banyak jaringan di kampungnya, Rizal mendapat banyak tawaran untuk mengedarkan nomey politics. Menurut dia, ada pengepul menawarkan Rp 60 ribu per orang (pemiih).
“Yang Rp 50 ribu untuk pemilih, yang Rp 10 ribu untuk yang mengedarkan (money politics)” katanya.
Ia mengaku menolak karena alasan sibuk dengan pekerjaan.
Yang memprihatinkan, para agen money politics banyak yang tak malu-malu. Ada yang beraksi di pingggir jalan secara terang-terangan alias tanpa tedeng aling-aling.
Sumiah, seorang pekerja rumah tangga saat berangkat pada pagi-pagi tadi dicegat orang. Ia mengaku diberi minyak goreng sebanyak 2 botol.
“Saya diberi minyak goreng oleh orang di pinggir jalan. Saya disuruh nyoblos ini,” kata Mbak Sum - panggilan akrab Sumiah - setiba di tempat kerjannya.
Tapi Sumiah belum tentu menyoblos gambar capres-cawapres yang diminta. Sum mengaku bingung mau mencoblos capres-cawapres yang mana.
Majikannya tempat ia kerja menasehati agar Sum tak memilih capres-cawapres yang punya track record buruk.
“Gak apa-apa minyaknya diambil. Tapi gak usah dipilih,” kata majikannya. Ia menyarankan memilih capres-cawapres yang baik dan tak banyak melanggar aturan.