Pemimpin Psikopat | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Pemimpin Psikopat

Editor: M Mas'ud Adnan
Minggu, 09 Juni 2024 08:08 WIB

Ilustrasi. Joker, tokoh fiktif dengan karakteristik psikopat yang berperan sebagai tokoh antagonis dalam serial film dan komik Batman. Foto: Wikipidea

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Semua pemimpin ingin mengakhiri kepemimpinannya dengan baik. Setidaknya, mendapat kesan baik di hati rakyat. Tidak tercela. Apalagi sampai dibully.

Pemimpin seperti itu kita sebut husnul khatimah. Berakhir dengan baik. Tidak suul khatimah. Berakhir dengan buruk.

Karena itu setiap tahun seorang pemimpin harus melakukan refleksi sekaligus koreksi diri. Dalam bahasa agama disebut .

Nah, dari refleksi atau itulah ia akan mendapatkan gambaran atau potret kepemimpinannya secara jernih dan obyektif. Apakah kepemimpinannya sudah on the track, rakyat nyaman, menikmati keadilan, sejahtera dan makmur.

Atau justru sebaliknya. Rakyat tidak nyaman, merasa diperlakukan tidak adil, terintimidasi, kesulitan ekonomi, dan ketidaknyamanan lainnya.

Dengan demikian ia bisa memperbaiki kinerja atau kepemimpinannya. Karena itu, sekali lagi, seorang pemimpin harus selalu melakukan . Terutama satu tahun menjelang mengakhiri kepemimpinannya.

Seburuk-buruknya seorang pemimpin, jika ia normal secara kejiwaan, niscaya tak ingin mewarisi kebijakan negatif yang menyengsarakan rakyat. Itu pasti. Kecuali jika ia seorang . Yang memang anti sosial dan abnormal.

Para ahli mendefinisikan sebagai seorang penderita gangguan kepribadian dengan kecenderungan melanggar norma sosial. Ia suka berbohong dan tidak bisa mengontrol prilakunya.

Yang mengerikan, seorang bukan hanya suka bohong, tapi juga manipulatif, tidak memiliki empati dan penyesalan. Bahkan ia tidak bisa membedakan benar dan salah, cenderung mengabaikan keselamatan dan tanggung jawab. Dus, ia cenderung menghalalkan segara cara.

Jadi, seorang pemimpin , selain tak punya perasaan atau empati juga tak punya rasa malu. Maklum, ia seorang manipulator, anti sosial dan suka berbohong yang tidak mau memikirkan perasaan dan nasib orang lain. Ia hanya memikirkan dirinya dan keluarganya sendiri.

Secara ekstrem pemimpin model ini bisa disebut sebagai pemimpin tipis iman. Kenapa? Karena dalam ajaran Islam rasa malu itu bagian dari iman. Rasulullah SAW bersabda: Al-hayau minal iman. Artinya, malu itu bagian dari iman. Berarti orang yang tak punya malu itu miskin iman. Paling tidak, tipis iman.

Dalam berbagai kajian dunia, termasuk pemimpin . Hitler adalah ketua Partai Nazi kelahiran Austria. Ia menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak 1933 sampai 1945. Ia dijuluki sebagai diktator Jerman Nazi yang membantai jutaan manusia.

Benjamin Netanyahu adalah Perdana Menteri Israel yang dikenal bengis dan kejam. Ia melakukan genosida atau pembantaian massal terhadap ratusan ribu rakyat Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak.

Ia menjabat Perdana Menteri Israel sejak Desember 2022. Sebelumnya ia juga menjabat dari 1996 sampai 1999 dan dari 2009 sampai 2021.

Selain Hitler dan Benyamin adalah . Ia adalah ketua Partai Khmer Merah. Ia menjadi Perdana Menteri Kamboja sejak tahun 1976 hingga 1979.

Raja Belgia, , juga dikenal sebagai pemimpin . Ia memerintah Kongo sejak tahun1885 sampai 1908. Saat ia berkuasa jutaan orang Kongo dibantai.

juga masuk dalam kategori pemimpin . Ia adalah seorang pemimpin komunis yang mendirikan Republik Rakyat China. Di bawah kepemimpinannya, industri berada di bawah kendali negara. Para petani diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok. Setiap oposisi dengan cepat ditumpas. Kebijakannya menyebabkan kematian sebanyak 40 juta orang karena kelaparan, kerja paksa, dan eksekusi.

Pemimpin lainnya adalah Kim Jong-un. Pemimpin Korea Utara itu mengambil alih kekuasaan dengan kejam. Juga berkuasa dengan cara kejam. Ia tak percaya demokrasi. Ia memilih cara diktator.

Ia bahkan membunuh Jang Song Thaek, pamannya sendiri, dengan cara mengumpankan pada anjing kelaparan. Jang Song Thaek dikenal seorang terkuat kedua setelah . Karena tak iangin sang paman kelak menggantikan dirinya.Padahal sang paman menjabat pimpinan Badan Intelijen Nasional.

Pemimpin dunia lainnya yang masuk kategori adalah . Kepala pemerintan Uni Sovyet itu memaksakan industrialisasi dan kolektivisasi yang cepat pada 1930-an. Ia tak peduli kondisi negaranya yang buruk. Termasuk kelaparan massal, pemenjaraan jutaan orang di kamp kerja paksa Gulag. Bahkan “pembersihan” terhadap kaum intelektual, pemerintah, dan angkatan bersenjata.

Yang menarik, Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) juga disebut sebagai . Setidaknya ini menurut hasil penelitian Kevin Dutton, psikolog Oxford University Amerika Serikat.

Dutton menerapkan ukuran standar dari ciri-ciri atau disebut juga the Psychopathic Personality Inventory (untuk memetakan tokoh politik sepanjang sejarah). Penelitian Dutton itu dipublikasikan di Scientific American Mind.

Seperti dilansir News.com.au yang dikutip Liputan6.com, Selasa (23/8/2016), Dutton membandingkan tokoh politik masa lampau dengan sosok Trump. Hasilnya, Trump memperoleh skor 171 mengalahkan Hitler yang hanya meraih angka 169.

Namun penelitian Dutton ini dianggap tidak sah oleh Robyn Young, seorang profesor dari Flinders University school of psychology. Menurut Young, artikel yang dipublikasikan Scientific American Mind adalah hal yang menarik, namun tidak ilmiah.

Tapi Dutton punya argumentasi. Menurut dia, seorang tidak selalu identik dengan pembunuh berantai seperti Ted Bundy dan Jeffrey Dahmer.

Para ahli, tegas Dutton, mendefinisikan dengan karakteristik  kepribadian yang bercirikan kekejaman, keberanian, kepercayaan diri, pesona dangkal, karisma, ketidakjujuran, dan defisit inti dalam empati dan hati nurani.

"Apa yang membedakan pembunuh berdarah dingin dengan presiden adalah konteks dan derajatnya," kata Dutton.

Alhasil, seorang pemimpin atau presiden adalah orang yang miskin empati, defisit nurani, suka berbohong, tak punya malu, manipulator, tipis iman, anti sosial, nepotis, mementingkan diri dan keluarga, menghalalkan segala cara, tak bisa membedakan benar dan salah, mengabaikan keselamatan dan tanggungjawab, serta tak bisa mengontrol perilakunya.

Nah, dari gambaran tersebut kita bisa mendeteksi atau mencermati lebih lanjut siapa saja pemimpin . Termasuk di negara kita, Indonesia. Jangan-jangan termasuk kita juga. Wallahua’lam bisshawab. (MMA)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video