Kirab Mojobangkit, Lestarikan Sejarah dan Budaya di Kota Mojokerto
Editor: Revol Afkar
Wartawan: Rochmat Saiful Aris
Sabtu, 15 Juni 2024 18:46 WIB
MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Perayaan HUT ke-106 Kota Mojokerto kembali dimeriahkan dengan Kirab Mojobangkit, Sabtu (15/6/2024).
Diawali dengan sumpah kebangkitan yang dipimpin oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro, Kirab Mojobangkit dimulai dengan penampilan marching band Taruna Brawijaya dan dilanjutkan dengan penampilan barongsai Young Lion.
BACA JUGA:
Tingkatkan Ekonomi Rakyat, Pj Wali Kota Mojokerto Salurkan Bantuan Modal Usaha
Peringati Hari Batik Nasional, Pj Wali Kota Mojokerto Wajibkan ASN Berbatik
Pj Ali Kuncoro Intens Turun Lapangan Pastikan Program Pemkot Mojokerto Berjalan Tepat Guna
Pemkot Mojokerto Raih 2 Penghargaan di CNN Indonesia Award 2024
Kirab Mojobangkit menampilkan 3 era yang ada di Kota Mojokerto, yakni era Majapahit, era Kadipaten Japan, serta era perjuangan dan kemerdekaan.
Dalam sambutannya, Ali Kuncoro menyampaikan Kirab Mojobangkit merupakan rangkaian Hari Jadi Kota Mojokerto yang menjadi salah satu upaya Pemkot Mojokerto untuk melestarikan sekaligus mengembangkan wisata dan nilai-nilai tradisi luhur yang pernah ada di Bumi Majapahit.
"Ini akan menjadi kalender event tahunan dan saya harapkan penyelenggaraanya dari tahun ke tahun bisa dilaksanakan semakin bagus lagi, semakin meriah lagi," kata Ali Kuncoro.
Melalui kegiatan ini, Ali juga berharap dapat meningkatkan pendapatan warga, khususnya para pelaku UMKM.
"Saya harapkan penyelenggaraanya dari tahun ke tahun bisa dilaksanakan semakin bagus lagi, semakin meriah lagi dan kesuksesannya tidak saja pada acaranya, tapi juga pada perekonomiannya," harapnya.
Dalam kesempatan ini, Ali juga berpesan agar seluruh warga Kota Mojokerto tetap menjaga persatuan dan kesatuan, khususnya saat pemilihan kepala daerah mendatang.
"Mari kita sambut pilkada nanti dengan sukacita, jaga selalu kebersamaan, guyub rukun, kalaupun ada perbedaan, kalaupun ada perselisihan, tapi semua masih dalam bingkai kebhinekaan atau perbedaan itu dimaknai menjadi sebuah rahmatan lilalamin," tutup Ali Kuncoro. (ris/rev)