Isi Rekaman Percakapan Setya Novanto: Bicarakan Pribadi Jokowi, sampai PSSI
Jumat, 04 Desember 2015 00:58 WIB
JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR memanggil sejumlah pihak terkait atas rekaman percakapan seputar kasus Freeport yang dilaporkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.
Pada kesempatan itu, Direktur Utama (Dirut) PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin dikonfirmasi mengenai asal rekaman tersebut. Maroef mengaku merekam pembicaraan antara dirinya dengan Ketua DPR Setya Novanto dalam perpanjangan kontrak Freeport melalui HandPhone (HP).
BACA JUGA:
Tim Melek Industri Bedanten Gresik Gelar Giat Religi
Smelter Freeport di Gresik Resmi Beroperasi, Telan Anggaran hingga Rp58 Triliun
Bikin Macet, Warga Hadang dan Sweeping Bus Pekerja Smelter Freeport di Gresik
Pemerintah Perpanjang Kontrak hingga 2061, Menteri ESDM: Cadangan Freeport Bisa Sampai 100 Tahun
"Dari pertemuan kedua saya udah memikirkan ada apa ini? Kenapa saya rekam, karena saya sendirian. Saya perlu ini bagian dari nilai-nilai akuntabilitas menjaga marwah saya yang dapatkan mandat dari perusahaan ini," ujar Maroef dalam persidangan di ruang rapat MKD di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (3/12).
Dia mengaku tidak ada pihak ketiga yang menyuruhnya untuk merekam percakapan tersebut. Menurutnya tindakan merekam percakapan itu atas inisiatif sendiri.
"Dalam pembicaraan itu HP saya taruh di atas meja dan dalam posisi merekam," jelasnya.
Maroef Sjamsoeddin mengaku sempat asik mendengarkan pembicaraan Ketua DPR RI Setya Novanto dan Riza Chalid dalam pertemuan ketiga pada 8 Juni 2015.
"Menjelang pertengahan sampai akhir saya mendengar saja, asik sekali. Apa sih pembicaraan ini," ujar Maroef.
Dia juga sempat bingung lantaran pertemuan itu membicarakan banyak hal. Selanjutnya mulai mengarah kepada permintaan jatah saham dan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Dari transkrip rekaman lengkap pertemuan 8 Juni 2015, jelas bahwa pembicaraan sudah melebar. Misalnya, Setya Novanto sempat berbicara tentang pribadi Presiden Jokowi yang koppig (kopeh, bahasa belanda) yang artinya keras kepala.
"Kadang-kadang dia (Presiden) kalau egonya ketinggian, ngerusak Pak. Ngono Pak. Makanya pengalaman-pengalaman saya sama dia, begitu dia makin dihantam makin kenceng dia. Nekat Pak. Waah," kata Novanto.