Astrofotografi Bisa Bikin NU-Muhammadiyah Lebaran Bareng
Editor: rosihan c anwar
Wartawan: nisa
Sabtu, 26 April 2014 17:02 WIB
"Teknik astrofotografi ala Thierry ini bisa diadaptasi menjadi teknik rukyat dan menjadi jalan tengah antara hisab dan rukyat yang ketap kali berbeda. Cara ini akan menjadi cara yang lebih berkualitas dalam merukyat bulan sabit awal Ramadan atau Syawal. Sekaligus, menjadi pembuktian bahwa hasil hisab akan sama dengan hasil rukyat atau sebaliknya hasil rukyat akan sama dengan hasil hisab," urai Agus.
Sarjana Teknik Nuklir ini menyebut metode penyatuan hisab dan rukyat ini dengan nama Rukyat Qobla Ghurub. Tekniknya merukyat hilal sebelum maghrib. Dengan begitu pembuktian hadirnya bulan sabit awal Ramadan ataupun syawal tak perlu menunggu saat matahari tenggelam alias maghrib.
"Jadi bisa dilakulan siang hari ataupun pagi. Sebagaimana tahun ini, pergantian bulan Hijriyah dari Sya'ban ke Ramadan akan terjadi pada 27 Juni 2014 pukul 15.09 wib," papar dia.
Dengan metode ini pula, lanjutnya, tim astrofotografi sudah bisa memotret dan merekam secara video posisi bulan sebelum ijtimak dan sesudahnya di waktu Ashar. Saat-saat peralihan dari Sya'ban ke Ramadan akan dipotret dan direkam secara video selama 2-3 jam.
Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin menyiratkan setuju dengan metode ini. "Perbedaan hisab dan rukyat, bisa diatasi dengan teknologi. Dan saya harap perbedaan seperti ini tak perlu dibesar-besarkan karena sudah sejak tahun 30an perbedaan semacam ini sudah ada," ujar Dien.