Cabuli Santrinya, Guru Ngaji di Surabaya Ditangkap
Rabu, 06 Januari 2016 21:29 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Seorang guru ngaji bernama Mahmud (49), warga Jalan Bulak Banteng harus menjadi pesakitan pasca dirinya dilaporkan telah menyabuli beberapa santrinya. Namun, tukang service kasur keliling itu mengaku, bahwa dirinya hanya meminta pijat santrinya karena sering kelelahan setelah bekerja dan kemudian mengajar ngaji.
Tercatat, ada empat santriwati yang sering ditunjuk Mahmud untuk memijat. Mereka adalah F (14), M (12), U (11), dan H (10). Namun, bapak dua anak ini tidak hanya meminta dipijat. Mahmud justru mencabuli santriwatinya yang dimintanya memijat. “Saya tidak mencabuli. Saya mencium untuk menunjukkan bahwa saya sayang kepada mereka,” dalih Mahmud, Rabu (06/01/2016).
BACA JUGA:
Pelaku Pencurian Mobil Milik Majikannya di Surabaya, Akui Tak Pernah Dipinjami oleh Korban
Simpan 17 Butir Pil Koplo, 2 Pemuda Diamankan Tim Turjawali Polrestabes Surabaya
Putus Cinta, Mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya Nekat Terjun dari Lantai 22 Kampus
Selama Seminggu, Satreskrim Polrestabes Surabaya Ungkap 20 Kasus Curanmor dan Amankan 8 Pelaku
Mahmud tidak hanya menggunakan pijatan untuk mencabuli santriwatinya. Ternyata Mahmud juga sering mencabuli santriwatinya di hadapan santri lain. Tapi pencabulan di hadapan para santri ini dilakukan secara halus.
Biasanya, Mahmud berpura-pura memarahi korban karena kurang pandai mengaji. Caranya, Mahmud menyubit bagian sensitif santriwatinya yang dianggapnya kurang pandai mengaji itu. Namun lagi-lagi, Mahmud terus berdalih, bahwa cubitan itu dilakukannya agar santriwatinya pandai mengaji.
"Saya memang sering mencubit santriwati. Tapi tidak pada bagian sensitif. Saya hanya menyubit di bagian bahu atau lengannya. Kalau mereka nakal, saya mencubitnya. Kan anak-anak sering guyonan saat mengaji,” bantahnya lagi.
Mahmud sendiri diketahui mengajar ngaji sejak 1997. Untuk meminta pijit, Mahmud memilih santrinya. Tentunya, hanya santriwati tertentu saja yang diminta memijatnya. Pijitan itu, dimintanya setelah aktivitas belajar ngaji telah selesai. Dan permintaan Mahmud tersebut dilakukan di lantai dua rumahnya.