Tiga Tahun Lakukan Riset, Peneliti Unair Ciptakan Obat DBD dari Tanaman Perdu | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tiga Tahun Lakukan Riset, Peneliti Unair Ciptakan Obat DBD dari Tanaman Perdu

Rabu, 03 Februari 2016 01:32 WIB

Prof DR. Dr Nasronudin, Sp. PD, K-PTI, FINASIM.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Peneliti dari Universitas Airlangga () Surabaya, Prof Dr Nasronudin, Sp. PD,K-PTI, FINASIM berhasil menciptakan obat demam berdarah dengue (DBD) dari bahan herbal yang berasal dari tanaman di Australia, setelah melakukan penelitian sekitar tiga tahun.

"Sekitar dua hingga tiga tahun lalu, kami melakukan penelitian bahan aktif pada obat berbasis tanaman yaitu tanaman perdu yang mempunyai khasiat antivirus. Dalam penelitian ini kami lakukan uji klinis untuk antivirus dengue," katanya saat di Rumah Sakit (RS) Surabaya, Jatim, dikutip dari Antara, Selasa (2/1).

Tanaman yang memiliki nama latin "Melacua alternifolia concentrate" itu, ia menambahkan dapat membunuh virus dengue yang disebabkan nyamuk hingga mencapai 96,67 persen karena obat ini bisa memicu kekebalan tubuh, sehingga bisa memberi efek "imono modulator" pada pasien DBD.

"Saya tidak mengklaim bahwa obat ini pertama di Indonesia untuk virus dengue karena mungkin ada pakar-pakar lainnya yang sedang melakukan penelitian obat-obat serupa, namun tampaknya hal ini merupakan awal dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia untuk bisa merealisasi dan memformulasi dari pada obat anti dengue," jelasnya.

Cara kerja obat yang berbentuk kapsul itu, lanjutnya bersifat membunuh virus secara tidak langsung meningkatkan kekebalan tubuh, maka jika sel-sel kekebalan tubuh itu meningkat maka daya bunuh virusnya juga semakin kuat.

"Cara kerja bisa secara langsung ke penderita DBD dan juga secara tidak langsung secara simultan. Misalnya, ketika satu keluarga menderita DBD, maka kemungkinan besar keluarga yang berada dalam satu rumah juga akan tertular, sehingga untuk mengantisipasinya disarankan meminum obat ini," kata dia.

Menurut dia untuk takaran penderita DBD dewasa, maka diberikan dengan dosis dua kali 350 miligram (mg) selama enam hari berturut-turut, sedangkan untuk anak-anak dianjurkan usia lebih dari 5 tahun agar tidak mengganggu metabolisme tubuh atau bisa juga dipilih dalam bentuk sirup.

"Sejauh ini masih belum diproduksi secara massal, kami hanya melakukan penelitian. Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan hasil, maka hasil dari riset ini kami serahkan pada pemegang pendukung dana atau pihak ketiga yaitu PT Neomedik Indonesia," tuturnya.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

 Tag:   Kesehatan Unair

Berita Terkait

Bangsaonline Video