Jumlah Balita Cebol di Jatim Tidak Mengkhawatirkan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Jumlah Balita Cebol di Jatim Tidak Mengkhawatirkan

Rabu, 10 Februari 2016 13:00 WIB

Jumlah balita pendek di Jatim dalam batas aman.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim memastikan jumlah balita bertubuh pendek atau stunting masih dalam tahap tidak mengkhawatirkan. Bahkan masih mencapai program Millennium Development Goals (MDGs).

Data Dinkes Jatim menyebutkan jumlah balita stunting sebesar 26 persen, sedangkan target MDG's mencapai 32 persen.''Jumlah balita stunting di Jatim masih di bawah target MDG's mencapai 32 persen, sehingga Jatim telah mencapai program MDG's,'' kata Kepala Dinkes Jatim dr Harsono, Rabu (10/2).

Harsono mengatakan, Jatim berusaha mengatasi masalah stunting di beberapa daerah. Ada beberapa daerah yang menjadi fokus garap balita stunting seperti Pamekasan. Menurutnya, Kabupaten Pamekasan tertinggi stunting di Jatim. Dari data yang diperoleh jumlah 45 persen anak di Pamekasan mengalami stunting.

Selain itu Kabupaten Jember, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bangkalan juga tinggi kasus stuntingnya. Untuk Kabupaten Jember kasus stunting sebanyak 43,5 persen dari total anak di Jember. Kabupaten Situbondo sebanyak 41,5 persen dari total anak di Situbondo. Kabupaten Bangkalan kasus sunting sebanyak 37,5 persen dari total anak di Bangakalan.

Lebih lanjut ia mengatakan, kasus stunting tidak hanya disebabkan banyak faktor yang saling berhubungan satu sama lainnnya. Tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).

Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit. ''Faktor terbesar yang mempengaruhi stunting dikarenakan pemberian asupan gizi pada balita atau pada masa kehamilan,'' ujarnya. Menurutnya, banyak masyarakat yang menganggap bahwa kasus Stunting dikarenakan fator keturunan.

Keturuan hanya berpengaruh beberapa persen dari pertumbuhan tubuh bayi sedangkan yang lainnya ditentukan oleh faktor kecukupan gizi dan asupan makanan yang dimakan oleh bayi atau anak. ''Kita tidak dapat menyalahkan keturunan karena keturunan tidak berpengaruh secara signifikan,'' jelasnya.

Kedepan Dinkes meminta dengan diketahuinya kasus stunting diharapkan ada tindakan rill dari orang tua khusunya ibu untuk menjaga agar anaknya tidak mengalami stunting. Selain itu yang terpenting pada Bumil asupan gizi anak harus segera diperbaiki.

Gizi yang tercukupi bisa memenuhi kebutuhan anak untuk tumbuh dan berkembang. Sehingga anak tidak lagi tumbuh pendek. ''Pemenuhan gizi harus dimulai sejak dalam kandungan. Ketika wanita berencana hamil, pastikan selalu mengkonsumsi asupan nutrisi sesuai kebutuhan. Asupan dalam tubuh ibu menentukan pembentukan tubuh dan tumbuh kembang anak,''jelasnya.

Kepala Seksi Gizi Dinkes Jatim Heru Nugroho mengungkapkan, masalah stunting harus menjadi perhatian bagi semua pihak, khusunya orang tua. Anak yang mengalami stunting akan berpengaruh lansung terhadap kecerdasan anak.

Anak stunting memiliki nilai kecerdasan yang jauh di bawah rata-rata anak normal. Kondisi ini disebabkan kualitas asupan gizi yang buruk saat anak masih berada dalam dan awal masa pertumbuhan. ''Jika kita ingin generasi bangsa lebih baik maka masalah stunting harus segera diatasi,'' tuturnya.

Sumber: jatimnewsroom

 

sumber : jatimnewsroom

 Tag:   kesehatan jatim

Berita Terkait

Bangsaonline Video