Politik Dramatis Fahri Hamzah, Gus Dur dan Kiai Hasyim Muzadi | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Politik Dramatis Fahri Hamzah, Gus Dur dan Kiai Hasyim Muzadi

Selasa, 12 April 2016 21:39 WIB

Begitu juga Cak Imin. Ia bahkan menjatuhkan Gus Dur dari posisinya sebagai ketua umum Dewan Syuro PKB.

Gus Dur yang dengan susah payah mendidik dan membesarkan Cak Imin akhirnya harus menerima kenyataan pahit. Cucu pendiri NU Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari itu disingkirkan dari partai yang didirikannya sendiri. Ironisnya, yang menyingkirkan justru anak didik atau anak asuhnya sendiri.

Lebih ironis lagi, penyingkiran Gus Dur dari PKB itu justru lewat pengadilan!. Artinya, penyingkiran itu merupakan ikhtiar politik yang disengaja, bukan keterpaksaan politik.

Saya sendiri, alhamdulillah, termasuk orang yang diselamatkan Allah dalam kasus ini. Saat itu saya menolak tandatangan untuk menggugat Gus Dur ke pengadilan. Alasan saya sangat mendasar karena saya tak mungkin menggugat kiai saya sendiri. Apalagi Gus Dur cucu pendiri NU Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari (tentang ini saya tulis lengkap dalam opini di Jawa Pos (3/1/2014) berjudul Benarkah PKB Memusuhi Gus Dur).

Ternyata yang menolak tandatangan untuk menggugat Gus Dur ke pengadilan bukan hanya saya. Banyak sekali teman pengurus PKB juga menolak karena merasa tak etis.

Saya tak tahu siapa akhirnya yang tandatangan menggugat ke pengadilan sehinga terjadi penyingkiran Gus Dur dari partai yang didirikannya sendiri.

Yang pasti, belum lama ini seorang teman pengurus harian PBNU memberi informasi bahwa penyingkiran Gus Dur dari PKB itu merupakan grand design yang sudah dirancang matang oleh kekuasaan bersama Cak Imin saat itu. Bahkan ia menyebut bagian dari operasi intelijen.

Yang mengenaskan, ternyata kasus “revolusi memakan anak kandung sendiri” bukan hanya terjadi di ranah partai politik tapi juga menimpa organisasi keagamaan seperti NU.

KHA Hasyim Muzadi, mantan ketua PWNU Jatim dua periode mengaku tak bisa datang ke kantor yang pernah dibangunnya sendiri karena ada pengurus NU yang menyindir-nyindir.

Perisitiwa sama menimpa KH Makmur Mazhar, ketua PWNU Banten. Ia yang sukses membangun kantor PWNU Banten senilai Rp 7,5 miliar kini disingkirkan dari PWNU Banten karena menolak KH Said Aqil Siroj sebagai ketua umum PBNU lantaran cacat dan melanggar AD/ART.

Bahkan Abdul Wahid Asa kabarnya juga disingkirkan dari majalah Aula, majalah resmi PWNU Jawa Timur, yang ia dirikan sendiri bersama KH Anas Thohir (sebelumnya buletin NU dikelola Sholeh Hayat).

Revolusi memang selalu memakan anak kandungnya sendiri. Tapi tak perlu kecewa. Karena – kata Kiai Hasyim Muzadi - berbuat baik tak akan pernah sia-sia. Yang penting – tegas mantan ketua umum PBNU itu – kita ikhlas. Wallahua’lam bisshawab.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video