Sinabung Kembali Muntahkan Awan Panas, Tujuh Warga Tewas | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Sinabung Kembali Muntahkan Awan Panas, Tujuh Warga Tewas

Minggu, 22 Mei 2016 23:02 WIB

Tim gabungan menyisir kawasan yang terkena dampak awan panas erupsi Gunung Sinabung di Desa Gamber, Karo, Sumatra Utara, Minggu (22/5).

MEDAN, BANGSAONLINE.com - Korban meninggal dunia akibat tersapu awan panas yang meluncur dari kawah Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, bertambah menjadi tujuh orang. Korban ketujuh bernama Ibrahim Sembiring meninggal dunia Minggu (22/5) pagi.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Jhonson Tarigan mengatakan Ibrahim sempat mendapat perawatan di . Namun nyawanya tidak bisa diselamatkan. "Luka bakarnya lebih dari 50 persen," ujarnya.

Menurut Tarigan, petugas gabungan penyelamat hingga Minggu siang terus melakukan penyisiran terhadap korban dan masyarakat yang masih berada di Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Bila ditemukan, mereka dibawa keluar dari zona merah atau zona larangan bagi masyarakat untuk beraktivitas.

Adapun korban dalam keadaan kritis akibat luka bakar telah dirujuk ke Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi, yakni Cahaya Sembirng dan Cahaya Beru Tarigan. "Semuanya warga Desa Gamber," ujar Tarigan.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sumatera Utara Ajun Komisaris Besar Rina Sari Ginting mengatakan kemarin dilakukan evakuasi terhadap warga yang masih bertahan di zona merah. Warga juga diimbau agar tidak melakukan aktivitas serta memasuki zona larangan.

"Personel kami sudah memulai evakuasi sejak kemarin," ucap Rina.

Saat kejadian, semua korban berada di Desa Gamber. Mereka berladang di zona merah dalam radius 5 kilometer dari Gunung Sinabung. "Dari keterangan warga, ada 25 kepala keluarga yang melakukan aktivitas berladang di zona merah," tutur Rina.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menginstruksikan kepada Bupati Karo untuk mengambil langkah cepat mengosongkan zona merah, yaitu Desa Gamber.

“Patroli, penjagaan, dan sosialisasi agar ditingkatkan. Aparat agar lebih tegas melarang masyarakat menerobos zona merah,” kata Willem.

Willem mengatakan ancaman Gunung Sinabung tidak hanya letusan disertai awan panas, tapi juga ada potensi banjir lahar dingin. Aktivitas vulkanis Gunung Sinabung masih dalam kategori tinggi. Potensi letusan susulan masih akan terjadi. Termasuk letusan yang disertai semburan awan panas dari sisi timur, tenggara, dan selatan.

Sebelumnya Pada Sabtu, 21 Mei 2016, Gunung Sinabung kembali meluncurkan awan panas pukul 16.48. Sebanyak enam warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Karo, Sumatera Utara, meninggal terkena semburan awan panas dengan suhu mencapai 700 derajat Celsius yang meluncur dengan kecepatan di atas 100 kilometer per jam. Keenam orang yang tewas selain Ibrahim Sembiring yang menyusul sehari kemudian adalah Karman Meliala (60), Irwansyah Sembiring, Nanin Beru Sitepu (50), Leo Peranginangin (25), Mulip Ginting (45), dan Ersada Ginting (55).

Sementara Ahli vulkanologi, Surono alias Mbah Rono, mengatakan semburan awan panas akibat letusan Gunung Sinabung tidak ada yang berubah. Arah semburan relatif sama dengan radius yang tidak pernah melebihi 5 kilometer, termasuk pada erupsi kali ini.

“Awan panas bisa jauh bisa dekat, ini pas jauh saja,” katanya. “Tidak ada perubahan apa pun. Mungkin karena hujan terjadi longsoran, guguran kubah lava yang besar.” imbuhnya.

Menurut Mbah Rono, tidak ada yang berubah dari letusan Gunung Sinabung dari beberapa ribu tahun lalu hingga kemarin. Gunung Sinabung pertama meletus sekitar tahun 800. Setelah itu, Gunung Sinabung lama tidak erupsi. Namun pada 2010 kembali meletus disusul tahun 2013 dan tahun ini.

Gunung Sinabung memiliki tipe letusan yang relatif rendah. Dalam skala ilmiahnya sebesar 90 persen, potensi letusan Gunung Sinabung hanya berkisar 0-3 volcanic eruption index. Adapun 10 persennya berpotensi meletus dengan skala lebih dari 4 volcanic eruption index.

Gunung Sinabung juga memiliki pertumbuhan kubah lava kurang dari lima tahun. Untuk siklus letusannya bisa berpotensi kurang dari dari tahun. Prediksi potensi itu didasarkan pada beberapa referensi yang telah digabungkan dengan data yang ada di Gunung Sinabung.

Namun ia menegaskan tidak bisa secara tepat memprediksi letusan Sinabung. “Ilmu pengetahuan hanya diturunkan dari empiris alam,” kata Mbah Rono. (tic/mer/yah/lan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video