Menunggu Sahur, Mahasiswa di Sumenep Gelar Kongkow Budaya
Wartawan: Rahmatullah
Minggu, 26 Juni 2016 01:19 WIB
“Boleh saja para penerus Arya Wiraraja wafat, tapi warisan seni budaya tetap harus dirawat,” ungkapnya.
Dikatakan Busyro, diperlukan refleksi total total untuk mempertahankan kekayan seni dan budaya yang dimiliki di semua perubahan zaman. Jika tidak, maka kekayan itu akan tergerus. Terlebih perubahan zaman itu membawa budaya tersendiri yang bahkan bertentangan dengan budaya yang ada.
“Sebab itu, kongkow semacam ini sangat penting dilakukan sebagai salah satu upaya merawat kekayaan kebudayaan itu,” ujar Busyro.
Sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap seni dan budaya, Busyro menegaskan bahwa ke depan akan dibangun gedung kesenian yang bisa digunakan seniman, mahasiswa dan pemuda. Diharapkan, gedung itu nanti dipergunakan sebagai tempat berdiskusi memecahkan persoalan seni dan budaya yang dihadapi, juga tempat untuk berkreasi.
Selain itu, kata Busyro, anggaran untuk pengembangan seni dan budaya tiap tahun ada peningkatan. Hal itu sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap seni dan budaya. Hanya saja dia tidak menyebut berapa besaran anggaran yang termaktub dalam buku APBD untuk pengembangan seni dan budaya sejak dia menjabat bupati pertamakali.