Cegah Kasus Tanjung Balai Terulang, RGS Minta Kerukunan Hidup Bertetangga Ditingkatkan
Wartawan: M. Syuhud Almanfaluty
Minggu, 31 Juli 2016 15:44 WIB
GRESIK, BANGSAONLINE.com - Kasus kerusuhan di Tanjung Balai, Sumatera Utara baru-baru ini, terus menyita banyak pihak. Sebab, tidak menutup kemungkinan kasus serupa akan terjadi di daerah lain kalau pemerintah tidak cepat memproteknya.
Pendiri RGS (Relawan Gerakan Sosial) Kabupaten Gresik, H. M. Khozin, misalnya, dia mengaku prihatin dengan kasus tersebut. Sebab, kasus bernuansa SARA itu kalau tidak diantisipasi dengan cepat, maka jelas akan banyak menimbulkan korban.
BACA JUGA:
Polda Jatim Kolaborasi dengan Ponpes Wali Barokah Bentengi Santri dari Pengaruh Radikalisme
Densus 88 Gelar Sosialisasi Kebangsaan di Lamongan
Cegah Ajaran Radikalisme Melalui Medsos, Polresta Sidoarjo Perkuat Barisan Netizen
Cegah Radikalisme, BNPT dan FKPT Jatim Gelar Kenduri Desa Damai
"Begitu saya mendengar ada konflik antarwarga sehingga sampai terjadi aksi pembakaran tempat ibadah, saya marasa miris. Kenapa hal seperti itu bisa kembali terjadi di Indonesia yang dikenal orangnya rukun," tutur Khozin, Minggu (31/7).
Menurut dia, konflik Tanjung Balai berawal dari persoalan yang bisa dibilang sepele. Di mana, warga Muslim di sana merasa tersinggung gara-gara ditegur warga nonmuslim soal volume speaker mikrofon masjid. Kemudian, massa yang didominasi kaum pemuda Islam membakar dan merusak 6 tempat ibadah umat Budha berupa Vihara dan klenteng, pada Jumat (29/7) sekitar pukul 23.00 WIB.
"Sebetulnya, kasus-kasus itu tidak patut terjadi, jika warga di sana saling toleransi. Saling menghargai hak, kewajiban dan kepentingan orang lain. Kalau saling memahami dan menghargai saya rasa hal itu tidak akan terjadi," jelasnya.
Simak berita selengkapnya ...