Duterte Tembak Mati 1.054 Pengedar Narkoba selama 3 Bulan, Minta PBB tak Ikut Campur | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Duterte Tembak Mati 1.054 Pengedar Narkoba selama 3 Bulan, Minta PBB tak Ikut Campur

Jumat, 19 Agustus 2016 01:49 WIB

Rodrigo Duterte

MANILA, BANGSAONLINE.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengecam Perserikatan Bangsa-Bangsa karena menyoroti kebijakannya memerangi narkoba. Perintah Duterte kepada polisi memicu kekerasan - termasuk pembunuhan tanpa pengadilan skala besar - di seluruh negeri terhadap pelaku kejahatan narkoba.

Saat berpidato di Ibu Kota Manila, Rabu (17/8), Duterte meminta PBB tidak ikut campur urusan dalam negerinya. Dia mengklaim dipilih rakyat Filipina untuk bersikap keras pada pengedar narkoba, dan kini sedang memenuhi janji itu.

"Untuk apa sih PBB mengurusi republik ini? Yang terbunuh juga baru seribu orang tapi seakan-akan Filipina harus disudutkan," ujarnya ketika menghadiri seremoni Hari Jadi Kepolisian Filipina.

Duterte menebar ancaman pada pemantau Hak Asasi Manusia, maupun lembaga di bawah PBB, agar tidak mengusik tindakan pemerintah Filipina. Politikus 71 tahun ini menyatakan PBB bodoh lantaran meminta polisi menghormati hak asasi pengedar narkoba. "Jangan sampai ada investigasi (lembaga HAM) yang menempatkan kita seakan-akan penjahatnya," kata Duterte.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon bulan lalu menyatakan perkembangan kekerasan di Filipina sangat mengkhawatirkan. Banyaknya orang-orang mati ditembak tanpa pengadilan merupakan preseden buruk bagi sebuah negara demokratis. "Tindakan semacam itu ilegal dan melanggar hak dasar setiap manusia," kata Ban.

Kecaman terhadap Filipina juga dilontarkan oleh Badan Anti-Narkoba PBB. Lembaga ini mendukung upaya perang terhadap narkoba, tapi tidak dengan cara menembak mati orang-orang yang belum diadili.

Diperkirakan selama tiga bulan terakhir sudah ada 1.054 orang yang tewas ditembak mati hanya karena dia diduga bandar. Nyaris semua pembunuhan 'bandar' dilakukan oleh satuan khusus kepolisian. Sekitar 400-an jasad dibunuh tanpa diketahui siapa pelakunya, mirip operasi Penembakan Misterius di Indonesia era Orde Baru.

Duterte sekaligus mengumumkan puluhan nama pejabat daerah maupun pusat yang dituduh membekingi bisnis narkoba. Belasan pejabat telah menyerahkan diri ke polisi, karena pemerintah pusat mengumumkan ancaman tembak di tempat apabila mereka nekat kabur.

Selain berniat menumpas habis para pengedar narkoba, Rodrigo Duterte juga mengancam kelompok ekstrem dengan mengatakan dia bisa sepuluh kali lebih brutal ketimbang ISIS.

Beberapa hari sebelumnya Duterte mengatakan sejumlah simpatisan ISIS berpura-pura sebagai misionaris mulai meradikalisasi warga di Mindanao, sebelah selatan Filipina.

"Mereka tidak bersenjata, tapi mereka datang untuk mengindoktrinasi. Itulah yang saya takutkan," kata dia seperti dikutip the Philippine Inquirer dan dilansir koran the Washington Post, Selasa (16/8).

Saat menyampaikan pidato di depan para tentara di Zamboanga del Sur, dia mengatakan dalam tiga hingga tujuh tahun Filipina akan dijangkiti 'penyakit ISIS'.

Dia memperingatkan kelompok teroris, di bawah kepemimpinannya dia tidak akan membiarkan Filipina hancur oleh terorisme, meski risikonya dia kehilangan jabatan kursi presiden.

"Kalau kalian bisa melakukannya, saya bisa sepuluh kali lebih kejam dari kalian," ujar Duterte. "Saya siap mempertaruhkan kehormatan, nyawa saya, dan jabatan presiden."

Pekan lalu kantor berita Reuters melaporkan, muncul video berdurasi 20 menit memperlihatkan militan Asia Tenggara yang mengaku anggota ISIS mengajak warga muslim bergabung dengan Abu Abdullah, pimpinan kelompok militan Abu Sayyaf.

"Kalau kalian tidak bisa pergi ke Suriah, bergabunglah ke Filipina," kata pria yang diketahui bernama Mohd Rafi Udin, militan Malaysia dalam video itu.(reu/yah/lan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video