Gus Solah: NU Kurang Hargai Mbah Hasyim
Minggu, 05 Februari 2017 19:57 WIB
JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Dr Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah) menilai bahwa Nahdlatul Ulama (NU) selama ini tidak menghargai pendiri NU Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari yang akrab dipanggil Mbah Hasyim.
”Di NU Mbah Hasyim tak begitu dihargai, namanya memang disebut, tapi kurang dihargai. Tak ada satu pun universitas dengan nama Mbah Hasyim yang didirikan NU. Ini subyektivitas saya," kata Gus Solah saat meresmikan Pusat Kajian Pemikiran KH Hasyim Asy'ari di Aula KH Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, Ahad (5/2/2017).
BACA JUGA:
Profil Mochammad Afifuddin yang Ditunjuk Jadi Plt Ketua KPU Gantikan Hasyim Asyari
Kiai Dihina Habis-Habisan, Kiai Wahab dan Kiai Chalim Minta Restu Hadratussyaikh Dirikan NU
Erick Thohir Jadi Ketua Pengarah Satu Abad NU
Ustadz Curang, Catut Kiai Hasyim Asy'ari Serang Maulid Nabi, Ini Jawaban Telak Cucu Hadratussyaikh
Menurut Gus Solah, berbeda sekali dengan Muhammadiyah yang sangat menghargai KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. ”Banyak universitas yang didirikan Muhammadiyah dinamakan Universitas Ahmad Dahlan,” tegas cucu Mbah Hasyim itu.
Gus Solah bahkan mengungkapkan,ada tokoh NU yang menilai pemikiran Mbah Hasyim Asy'ari telah kadaluarsa alias out of date dan dianggap terlalu sederhana. "Waktu itu saya menjawab, Mbah Hasyim membuat rumusan Ahlussunnah wal Jamaah untuk konsumsi masyarakat. Jadi dibuat sangat sederhana, supaya mudah dipahami. Dan, alhamdulillah, itu mudah dipahami," ungkapnya.
Fakta bahwa pemikiran Mbah Hasyim mudah diterima, menurut Gus Solah, dibuktikan dengan jumlah anggota NU yang sangat besar. "Jadi, dari segi ilmu komunikasi, rumusan yang sederhana itu justru suatu keunggulan," tegas kiai yang juga menjabat Rektor Unhasy Tebuireng itu.
Menurut Gus Solah, jasa Mbah Hasyim mulai dilupakan, terutama terkait dengan proses memadukan keislaman dan keindonesiaan. Baik pada proses penyusunan rumusan dasar negara, pembentukan Kementerian Agama, hingga sinkronisasi pendidikan nasional dan pendidikan Islam.
"Pak Wahid Hasyim yang berperan dalam proses-proses itu, adalah mewakili pemikiran Mbah Hasyim," ungkap salah satu putra KHA Wahid Hasyim ini.
Simak berita selengkapnya ...