Idap Tumor Ganas, Emi BAB Lewat Kemaluan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Idap Tumor Ganas, Emi BAB Lewat Kemaluan

Editor: rosihan c anwar
Wartawan: arief kurniawan
Kamis, 10 Juli 2014 21:08 WIB

Emi Sumarti hanya bisa berbaring karena menderita tumor ganas. Foto: arif kurniawan/BANGSAONLINE

KEDIRI (bangsaonline) - Malang nasib Emi Sumartini (41), warga Lingkungan Wonorejo, Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Ia telah divonis dokter mengidap tumor ganas di duburnya. Tetapi, karena kesulitan biaya, ibu dua anak ini kini hanya bisa pasrah terbaring lemah di rumahnya.

Penderitaan Emi ini sungguh berat. Betapa tidak, kemaluannya kini membengkak, bahkan, maaf vaginanya juga ikut bengkak. Tragisnya lagi, Emi tidak dapat buang air besar (BAB) lewat dubur, melainkan dari kemaluan. Hari-hari sejak mutuskan pulang paksa dari penantian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya dilaluinya dengan hanya berbaring lemah.

Saat ditemui di rumahnya, Kamis (10/7) pagi Emi tengah rebahan di rumah tamu rumahnya yang berukuran kurang lebih 4 meter persegi. Ruang tamu ini sekaligus dipakai sebagai toko kelontong. Usaha kecil inilah yang selama ini menghidupi mereka, dengan tanggungan dua orang anak. Sementara Sutaji, suaminya hanya bekerja sebagai kuli bangunan, dengan penghasilan yang tidak menentu.

Emi bercerita, penderitaanya diawali saat nyeri di kemaluan, sekitar dua bulan lalu. Kala itu, ia beranggapan rasa sakit itu dikarenakan tengah mengalami keputihan. Penyakit ini memang umum dialami oleh sebagian wanita. Apalagi, kata Emi, ia kerap merasakan sakit sewaktu keputihan. Sehingga ia memutuskan untuk tidak menceritakan keluhannya itu kepada suaminya.

Beberapa hari berselang, namun Emi merasa tersiksa. Sebab, rasa sakit di kemaluan itu, tidak kunjung sembuh. Akhirnya ia memutuskan untuk mendatangi dokter spesialis. Alangkah terkejutnya Emi, dokter menyampaikan jika ia mengidap penyakit kangker mulut serviks. Dokter kemudian menyarankan agar Emi bersedia dirujuk ke rumah sakit. “Dokter member saran supaya saya berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gambiran, supaya saya mendapatkan perawatan yang lebih intensif disana. Saya pun mengikuti saran dokter. Dari pihak keluarga sendiri juga menghendaki agar saya berobat ke Gambiran, supaya cepat sembuh,” kata perempuan yang memakai jaket warna kuning ini mengawali cerita dukanya.

Emi kemudian pergi ke RSUD Gambiran Kota Kediri sebagai pasien Jamkesmas. Setibanya di rumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri itu, ia langsung ditangani. Perawat mulai memeriksa kemaluan Emi yang selama ini dikeluhkan. Berdasarkan hasil diagnosa, Emi dinyatakan mengidap kangker servic. Tidak ada keraguan sedikit pun di hati Emi, terhadap pernyataan dokter. Bahkan, ketika pihak rumah sakit merujuknya ke RSUD Dr Soetomo Surabaya.

“Niat saya ingin mencari kesembuhan, di RSUD Dr Soetomo pun saya tidak keberatan, yang penting saya cepat sembuh. Akhirnya saya kesana. Saya pergi diantar suami. Berhubungan uang bekal saya sedikit, saya kemudian memutuskan numpang di rumah saudara yang ada Gresik. Maksud saya supaya bisa sedikit menghemat pengeluaran. Sebab, apabila saya kos, tentunya butuh biaya yang besar. Uang kos, lumayan bisa untuk membeli makan dan kebutuhan sehari-hari,” imbuh perempuan berambut pendek seleher ini.

Setelah menanti beberapa hari, Emi pun mendapat giliran untuk ditangani. Seorang perawat datang untuk melihat kondisinya. Tentu saja, perawat itu juga memeriksa keadaan kemaluannya yang sakit nyeri. Setelah semua proses pemeriksaan selesai, keluarlah hasil diagnosa. Ternyata, Emi dinyatakan mengidap tumor di duburnya, bukan kangker serviks. “RSUD Dr. Soetomo menyatakan, saya mengidap tumor di dubur, bukan kangker seviks, seperti hasil diagnose di RSUD Gambiran,” terang istri Sukaji , mengaku terkejut dengan perbedaan hasil diagnose medis.

Pihak medis RSUD Dr. Soetomo kemudian melakukan pemeriksaan yang lebih intensif. Tetapi, menurut Emi, perlakuan medis membuatnya sangat tersiksa. Kemaluan dan duburnya kerap dimasuki jari dan perban. Itu membuatnya sangat menderita. Kesakitan yang sangat luar biasa, karena kata Emi, pihak medis tidak pernah memberikan bius, sebagai penghilang rasa sakit saat proses penindakan. “Sungguh sakitnya luar biasa sekali. Setiap kali pemeriksaan, kerabat saya tidak tega melihat saya kesakitan,” ujar Emi, panggilan sehari-harinya.

Pemeriksaan tersebut, katanya berlangsung berulang-ulang, namun ia tidak kunjung dioperasi. Sementara, biaya hidup selama tinggal di Gresik dan Surabaya dirasa sangat tinggi. Meskipun, ia sebagai pasien Jamkesmas, tetapi, kebutuhan sehari-hari tetap ia cukupi seorang diri. “Kalau biaya berobatnya memang gratis, tetapi biaya hidup disana tinggi, untuk makan, dan kebutuhan lain besar. Saya pernah meminta pihak rumah sakit agar saya menjalani rawat inap, tetapi tidak diperbolehkan. Dokter menyarankan agar saya tinggal di tempat kos. Suatu ketika saya pernah berjalan kaki dalam kondisi sakit, sebab kemaluan dan dubur ini bengkak, karena sudah tidak ada biaya sama sekali. Satu bulan disana, kebutuhan saya bisa mencapai Rp 10 juta. Sudah tidak ada uang lagi,” kata ibu dua anak ini sambil meneteskan air mata.

Setelah ia benar-benar kesulitan uang untuk biaya, akhirnya Emi memutuskan untuk pulang paksa. Selain itu, Emi merasa seperti dijadikan sebagai kelinci percobaan oleh pihak rumah sakit. Perlakuan kasar, bahkan, suatu ketika ia sempat divonis umurnya sudah tidak lama lagi. Menurutnya, perkataan pihak medis itu, memukul perasaannya, seakan ia sudah tidak memiliki harapan lagi untuk hidup.

“Akhirnya saya putuskan untuk pulang. Sudah tidak ada biaya lagi untuk hidup di sana. Semua sudah habis saya jual, karena tidak ada pemasukan. Toko kelontong ini sepi tanpa pembeli semenjak saya sakit. Belum lagi kebutuhan untuk biaya anak saya hendak masuk ke SMK. Saya pulang, dan sungguh saya trauma dengan perlakuan itu,” ucap Emi sambil terus meneteskan air matanya.

Selama berada di rumah, Emi mengaku, mencari kesembuhan dari pengobatan alternatif. Langkah itu, terpaksa ia lakukan sebagai usaha mengurangi rasa sakitnya. Ia sangat berharap pemerintah memberikan uluran tangan, membantunya mengatasi penderitaanya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Anang Kurniawan mengaku, belum menerima laporan terkait kasus yang dialami Emi. Ia berjanji akan segera melakukan pengecekan untuk mengetahui kondisi pasti dari Emi. Dari pengecekan itu, Dinkes akan segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk kesembuhan.

 

 Tag:   Tumor

Berita Terkait

Bangsaonline Video