Tafsir Al-Nahl 121-122: Ibrahim A.S. Al-Mujtaba, Muhammad SAW Al-Mustafa, Bedanya?
Sabtu, 17 Juni 2017 21:47 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
Syaakiran li-an’umihi ijtabaahu wahadaahu ilaa shiraathin mustaqiimin (121). Waaataynaahu fii alddunyaa hasanatan wa-innahu fii al-aakhirati lamina alshshaalihiina (122).
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Pada tafsir ayat sebelumnya sudah disebutkan, bahwa Ibrahim A.S., meski seorang diri, secara dinilai sama dengan nilai banyak orang. Ini karena Ibrahim memiliki sifat baik yang komprehensif yang ada pada semua manusia. Maka wajar, Ibrahim A.S. berjuluk bapak umat Islam. "..Millah abikum Ibrahim" (al-Hajj:78).
Dua ayat studi di atas membicarakan kelebihan-kelebihan Ibrahim sebagai breakdown dari sifat universal yang ditera oleh ayat sebelumnya. Pertama, Ibrahim sebagai pribadi yang sangat pandai bersyukur, "Syaakiran li-an’umihi". Kedua, Ibrahim adalah pribadi pilihan Allah, "ijtbah". Ketiga, Ibharim adalah pribadi yang diberi hidayah khusus, "wahadaahu ilaa shiraathin mustaqiimin". Keempat, di dunia dikaruniai kebajikan, "Waaataynaahu fii alddunyaa hasanatan" dan kelima, di akhirat termasuk komunitas orang-orang shalih, "wa-innahu fii al-aakhirati lamina alshshaalihiina".
Tidak diragukan lagi, tingginya derajat nabi Ibrahim A.S. di hadapan Allah SWT. Keimanannya begitu totalitas tanpa ada catatan apa-apa. Pokoknya perintah Allah, pasti dipatuhi, dilakukan secara penuh, tanpa ragu, tanpa pikir, apapun risikonya. Mana ada, seorang bapak yang lama tidak puya anak, lalu dikaruniai anak laki-laki, satu-satunya, ya gagah, ya ganteng, ya shalih, tiba-tiba disuruh menyembelih dan langsung dikerjakan?. Hanya Ibrahim yang diuji seberat itu.
Selain keimanan, salah satu sifat Ibrahim yang mendapat pujian Tuhan adalah kedermaannya, sifat sosialnya yang mengagumkan. Apa saja yang ada di tangannya tidak langsung dinikmati, melainkan ditawarkan kepada siapa yang sangat lebih membuhtuhkan. Hanya ada tamu dari jauh yang mampir sebentar, Ibrahim langsung ke belakang memotong anak sapi, cepat dimasak panggang sebagai hidangan makan siang.
Simak berita selengkapnya ...