Kontributor Metro TV Lapor Polisi, Diancam Dibacok Usai Sebut Keterlibatan Kadis Saat OTT KPK | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kontributor Metro TV Lapor Polisi, Diancam Dibacok Usai Sebut Keterlibatan Kadis Saat OTT KPK

Wartawan: Yudi Eko Purnomo
Senin, 19 Juni 2017 16:56 WIB

Taman Mubarok (tengah) melaporkan tindak pengancaman terhadap dirinya pasca laporan langsung di TV swasta. foto: YUDI EP/ BANGSAONLINE

KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Operasi tangkap tangan (OTT) KPK atas Kepala DPUTR dan tiga pimpinan DPRD Kota Mojokerto Jumat lalu menyisakan insiden kekerasan pers. Taman Mubarok, seorang kontributor Metro TV terpaksa mengadu ke polisi setelah ia merasa menjadi target penganiayaan seorang oknum tokoh masyarakat asal Kelurahan Meri.

Tamam diduga diancam oknum berisial AW karena laporannya menyebut keterlibatan seorang pejabat eselon II dalam kasus pengalihan anggaran pembangunan kampus Politeknik Elektronik Negeri Surabaya (Pens) di Kelurahan Pulorejo.

Hingga kini, belum jelas motif kemarahan AW atas laporan langsung kontributor televisi swasta saat OTT berlangsung.

"Ketika live di Metro TV, saya menyebut kemungkinan pemanggilan Kadis tersebut ke KPK. Namun saya tidak menyebut nama yang bersangkutan secara langsung dan perihal pemanggilannya. Namun rupanya ada pihak yang tidak terima dan mengancam saya," terang Tamam dalam laporannya ke polisi,

Menurut ia, dirinya sudah menjadi target pengancaman oknum itu sejak Jumat lalu. Ancaman itu disampaikan melalui Saiful Amin, kakaknya yang juga Ketua KPU Kota Mojokerto.

"Puncaknya tadi siang, saya diancam mau dibacok. Oknum ini mengaku telah menyampaikan niatannya ke kadis yang bersangkutan namun dicegah untuk bertindak lebih jauh," paparnya panjang lebar.

Reaksi keras AW pemberitaan ini dinilai Tamam berlebihan. "Tangannya bergetar seakan mau memukul saya. Ia bahkan berteriak-teriak dengan nada tinggi ketika saya menyarankan mengadukan persoalan ini sesuai jalur hukum yang ada," akunya.

Kejadian ini disaksikan sejumlah orang karena dilakukan di area kantin Gor dan Seni Mojopahit saat siang hari. Beberapa wartawan yang di TKP pun melerai keduanya untuk menghindari kontak fisik. "Saya pisah mereka ketika suara mereka terdengar meninggi. Saya bahkan diminta tidak ikut-ikut karena dianggap bukan urusannya," terang Ika Nurullah reporter TV One yang juga ketua IJTI.

Sementara itu, merasa nyawanya terancam, Taman yang didampingi sejumlah pengurus Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan anggota PWI resmi melaporkan kasus ini ke Polresta. Laporan di SPKT Polresta ini direspon langsung oleh pihak Satreskrim setempat.

"Pengaduan ini kami terima dan ditindaklanjuti dengan pemanggilan oknum yang dicurigai terlibat," tegas Ipda Hery.

Ia mengungkapkan akan mendalami motif pelaku dan memproses lebih dalam ketika dalam pemeriksaan ditemukan unsur melawan hukum. (yep/rev)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video