Berikut Ini 10 Desa Stunting di Trenggalek Versi Pusat
Editor: Yudi Arianto
Wartawan: Herman Subagyo
Senin, 26 Maret 2018 23:59 WIB
Stunting terjadi pada balita karena seringnya anak sakit dalam masa pertumbuhan, sehingga gizi tidak bisa diserap oleh tubuh secara maksimal.
"Jadi pada anak balita yang umurnya di bawah 5 tahun dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Selama ini kita memantau berat badannya dibandingkan umur, namanya BB/U,. itu yang masuk di kartu KMS. Kemudian ada istilah anak kurang gizi, anak gizi buruk, anak yang sehat serta anak yang mengalami obesitas," urainya.
Dijelaskannya, ada berbagai faktor penyebab terjadinya stunting. "Jadi bukan hanya karena kekurangan makan atau kekurangan gizi. Bisa saja gizinya cukup tetapi anak itu sering mengalami sakit. Entah itu batuk pilek, atau diare, atau macam-macam, sehingga gizi yang masuk itu terkuras untuk melawan penyakitnya. Sehingga tidak bisa membuat pertumbuhan badannya atau tingginya menjadi berkurang," bebernya.
Lebih lanjut ia sampaikan, jumlah balita stunting di Trenggalek jika dihitung jumlahnya berkisar di angka 22 persen. Sementara jumlah stunting untuk Provinsi Jawa Timur sebanyak 28 persen.
"Karena angka gizi buruk sudah mengalami penurunan yang cukup drastis, jadi pemerintah pusat pada saat ini mulai menyorot pada sisi yang lain yaitu stunting. Istilah stunting baru tahun ini dikemukakan oleh pemerintah pusat," pungkas Sugito. (man/ian)