Rembug Nasional Migas dan Media: Indonesia Butuh Kilang Minyak untuk Kurangi Defisit Perdagangan LN
Editor: Yudi Arianto
Wartawan: M Didi Rosadi
Rabu, 06 Februari 2019 22:36 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Indonesia sebagai negara penghasil minyak butuh membangun kilang minyak untuk mengurangi defisit perdagangan luar negeri. Kesimpulan itu disampaikan oleh pengamat ekonomi, Hadi Prasetyo.
“Sejak masa Presiden Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kita belum memiliki kilang minyak,” ujar Hadi seusai acara rembuk Migas dan Media, Peluang dan Tantangan Sektor Hulu Migas dalam rangka HUT Hari Pers Nasional di Surabaya, Rabu (6/2).
BACA JUGA:
Pemkab Pamekasan dan Petronas North Ketapang Sosialisasikan Rencana Survei Migas
SKK Migas Apresiasi Peran Media terhadap Industri Hulu Migas
Bupati Gresik Resmikan TPS3R di Desa Manyarejo
SKK Migas Gelar Pre IOG SCM & NCB Summit 2024, ini yang Dibahas
Menurut Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, investasi di kilang minyak sangat diperlukan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan luar negeri. Keberadaannya dapat memangkas impor yang masih didominasi migas.
Selama ini, lanjut Hadi, Indonesia selalu melakukan ekspor minyak mentah. Begitu sudah jadi, diimpor kembali ke dalam negeri. Kondisi tersebut, menurut hitungan Hadi yang juga mantan Asisten II Bidang Ekonomi Setdaprov Jatim, sangat merugikan perdagangan luar negeri.
Meski diakuinya, bahwa pembuatan kilang minyak tidaklah mudah. Ada campur tangan politik di dalamnya. “Minyak itu di mana pun sangat berpengaruh kepada pengambilan keputusan nasional. Kalau dilihat keputusannya di kilang minyak, tentu ada sesuatu yang merasa rugi,” urainya.
Sekarang, ungkap Hadi, tinggal ke depan pengambilan keputusan seperti apa. “Hampir semua industri bisnis migas dalam tanda petik sedikit atau banyak ada pertimbangan politiknya,” tuturnya.
Simak berita selengkapnya ...