​AKBP Akik Subki, “Perwira NU” yang selalu Bertemu HARIAN BANGSA | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​AKBP Akik Subki, “Perwira NU” yang selalu Bertemu HARIAN BANGSA

Editor: Tim
Wartawan: Tim
Sabtu, 17 Agustus 2019 07:53 WIB

AKBP Akik Subki, Kasubdit III Ditintelkam Polda Jatim. foto: BANGSAONLINE.COM

SURABAYA, .com - Penampilan AKBP Akik Subki, Kasubdit III Ditintelkam cukup menarik ketika menerima audiensi Ketua NU Jawa Timur yang baru terpilih, Abdul Muchid. Perwira menengah polisi itu memakai kopyah berlogo NU yang kini lagi ngetren.

Abah Muchid – panggilan akrab Abdul Muchid - yang hadir bersama Dr. KH. Husnul Khuluq, Em Mas’ud Adnan. dan Hj Nur Syamsiah, SE tentu saja senyum-senyum. Apalagi Akik Subki sangat familiar dan kocak seperti penceramah NU.

(Rombongan foto bersama dengan AKBP Akik Subki, Kasubdit III Ditintelkam di Direktorat Intelkam , Jumat (16/8/2019). Foto: .com)

Akik Subki menemui Abah Muchid dan rombongan di ruang kerjanya di , Jumat (16/8/2019). “Saya kalau nanti pensiun mau jadi Pembina Banser,” kata Akik Subki sembari tertawa. “Nama saya aslinya Subchi,” tambahnya menunjukkan bahwa namanya berasal dari bahasa Arab. 

Em Mas’ud Adnan langsung menukas. “Sebelum memulai saya mau komentar dulu tentang kopyahnya,” kata Em Mas’ud Adnan, Komisaris Utama HARIAN BANGSA dan .com. “Saya kalah NU, apalagi saya tak pakai kopyah,” tambah Em Mas'ud Adnan yang alumnus Pesatren Tebuireng Jombang dan Pascasarjana Unair itu.

Akik Subki yang didampingi Kompol Wimbo terpingkal. Ia lalu bercerita bahwa pernah bertugas lama di Lirboyo Kediri. “Saya ini anak buahnya Gus Maksum,” ungkapnya. Yang dimaksud Gus Maksum adalah KH. Maksum Djauhari, cucu KH. Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Gus Maksum dikenal sebagai pendiri NU .

Akik Subki juga mengaku setiap bertugas di suatu daerah selalu bertemu wartawan HARIAN BANGSA. Ia bercerita ketika mengawali tugas di Situbondo. Menurut dia, saat mengawali tugas di Situbondo bertemu wartawan HARIAN BANGSA Situbondo.

“Pokoknya saya selalu bertemu dengan HARIAN BANGSA. Siapa nama wartawan HARIAN BANGSA yang di Situbondo,” katanya. Kini pembaca HARIAN BANGSA tidak hanya di Jawa Timur, tapi mulai meluas ke Jawa Tengah, terutama wilayah Kudus. 

Sementara Abah Muchid menegaskan tujuan audiensi dengan jajaran selain untuk silaturahim juga ingin menjalin kerjasama ke depan. Komandan Satkornas Banser keempat itu menuturkan bahwa adalah banom NU paling lengkap. “Ada laki, perempuan, tua, dan muda yang tidak dibatasi usia,” katanya.

Ia juga mengatakan bahwa mewadahi semua aliran pencak silat. Karena itu jurusnya tak selalu seragam. “Hanya salam pembukanya aja yang seragam,” kata bendahara IPSI Jatim itu.

Sedang Husnul Huluq mengatakan bahwa sangat strategis sebagai patner kepolisian terutama dalam pengamanan NKRI. Menurut mantan ketua PCNU Gresik tiga periode itu, NKRI bagi NU harga mati. Jadi sesuai dengan visi kebangsaan Polri.

Mantan Sekda Gresik itu bercerita bahwa silat intinya adalah pengendalian jiwa. Ia bercerita saat belajar silat di tempat perguruan yang menaungi. Menurut dia, seorang murid tak langsung diajari silat. Tapi harus melalui proses pengendalian diri. “Selama 40 hari belum diajari silat,” katanya.

Menurut dia, selama 40 hari itu calon pesilat harus membersihkan hati dan jiwa dari unsur-unsur emosi, kebencian, dendam, dan sifat-sifat buruk lainnya. Dengan demikian ketika jadi pendekar ia rendah hati, tak mudah terpancing dan emosi.

Subki merespon semua yang disampaikan rombongan Abah Muchid. “Pokoknya semua aspirasi ini akan saya sampaikan kepada Bapak Kapolda,” kata Akik Subki. Ia mengaku senang dengan semua elemen organisasi dan pergerakan NU karena selalu bernuansa agama sehingga cenderung lebih santun dan berakhlaqul karimah. Ia mencontohkan organisasi buruh NU Sarbumusi. Begitu juga . Karena itu ia berharap bisa lebih solid dan sukses dalam menjalankan program-programnya ke depan. (tim)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video