Kadin Jembatani Pengusaha Jatim Berbisnis Migas dengan Shell
Editor: Revol Afkar
Wartawan: Nanang Fachrurozi
Kamis, 08 Oktober 2020 22:04 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim terus berupaya membangkitkan ekonomi Jawa Timur, salah satunya dengan membuka peluang bagi pengusaha untuk berinvestasi di sektor migas bersama Shell Indonesia. Sebelumnya, Kadin Jatim juga telah menjembatani pengusaha Jatim untuk bermitra dengan Pertamina Lubricant.
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan potensi bisnis migas masih cukup menarik dan potensial, kendati saat ini masih dalam kondisi pandemi. Hal ini disebabkan pergerakan orang dan barang masih tetap diperlukan guna menjaga stabilitas ekonomi dan negara secara keseluruhan.
BACA JUGA:
Gandeng UPT Metrologi Legal Sidoarjo, Polisi Cek SPBU
Pengawasan Terakhir Sebelum Lebaran, Disperdagin Kota Kediri Tak Temukan Kecurangan di SBPU
Jelang Lebaran, Polisi di Sidoarjo Tinjau SPBU
Antisipasi Kecurangan Pegawai SPBU, Polres Bangkalan Tinjau Harga dan Ketersediaan BBM
"Saat awal pandemi, bisnis migas juga ikut turun drastis akibat pemberlakuan kebijakan PSBB di sejumlah daerah. Namun saat ini sudah mengalami kenaikan dan di Jatim sudah mendekati normal. Untuk itu, kami sangat tertarik terhadap keinginan Shell yang membuka peluang untuk berbisnis migas. Karena dalam kondisi seperti ini, peluang bisnis apapun harus dicoba. Ini yang diperlukan dan sudah ada beberapa teman yang berpikiran untuk merambah atau bergeser ke bisnis lain. Kadin Jatim mendorong pengusaha di Jatim untuk menangkap peluang tersebut," tegas Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto saat acara Kadin Jatim Talk dengan tema "Potensi bisnis energi di masa new normal", Rabu (7/10/2020).
Peluang tersebut menurutnya, menjadi semakin menarik di saat pengusaha merasakan kemudahan dalam melakukan usaha. "Ini menjadi konsen Kadin Jatim, kami akan berusaha mengawal peluang tersebut hingga menjadi realita. Karena sebetulnya peluang ini banyak tetapi kendala juga banyak, misalnya dari sisi perizinan," ungkapnya.
Untuk itu, Adik juga meminta kejelasan kepada Shell tentang perpajakan dan perizinan yang dibutuhkan tersebut, apakah juga dibantu oleh pihak Shell sehingga perijinan mudah didapatkan.
"Semua pertanyaan sama, siapa yang menanggung pajak? Apakah Shell ataukah mitra Shell? Semua yang terkait dengan regulasi. Urusan regulasinya siapa, izin prinsipnya siapa, dan jenis investasi yang ditawarkan ini seperti apa?," tanya Adik.
Sementara itu, Head of Dealer Owned Network Shell Indonesia, Agung Saputra mengakui selama pandemi Shell Indonesia secara nasional juga ikut terhempas. Terlebih pada saat awal pandemi di bulan Maret-April 2020. Tetapi kenaikan bisnis ini juga cukup cepat karena pergerakan manusia dan barang tidak bisa distop sepenuhnya dalam kurun waktu cukup lama.
"Begitu Jakarta dan Jabodetabek sempat relaksasi, penjualan kami sudah bisa naik, volumenya mencapai 85 persen dari volume normal. Sekarang memang belum kembali seperti sediakala, sedikit menurun tetapi tidak sejelek awal pandemi," terang Agung.