Piranti Internet Jadi Kunci Perusahaan Merespons Krisis, Pertamina Manfaatkan Integrated News Room
Editor: Redaksi
Jumat, 23 Oktober 2020 16:17 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Piranti internet menjadi kunci bagi perusahaan untuk merespons krisis. Kemampuan berkomunikasi dengan publik dan menjelaskan bagaimana penanganan krisis tersebut merupakan modal penting untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas perusahaan.
Demikian benang merah yang disampaikan Manager Media Communication PT Pertamina (Persero) Heppy Wulansari dan Pemimpin Redaksi Suara.com Suwarjono, dalam Webinar Strategi Komunikasi Korporasi di Era Digital, Kamis (22/10/2020), yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dalam rangka Konferensi Wilayah 2 AMSI Jawa Timur. Kegiatan ini didukung PT. Pertamina Persero, BNI, PT. HM Sampoerna, dan beberapa perusahaan lainnya.
BACA JUGA:
Pelayanan SPBU Mulung Tuban Tak Profesional, Pertamina Siap Turun Tangan
Ini Respons Bupati Kediri Soal Kelangkaan Tabung Gas Elpiji yang Dikeluhkan PKL
Pertamina EP Cepu Field Rawat Sumur di Distrik Tapen
Warga Jenu Masih Was-Was, Khawatir Tangki BBM Pertamina di Tuban Bocor Lagi
"Ketika sebuah organisasi memutuskan untuk tidak merespons krisis melalui piranti internet, maka hal tersebut bisa diartikan publik atau oleh media sebagai sikap no comment. Jadi sebegitu pentingnya piranti internet untuk merespons apa-apa yang ingin diketahui publik," kata Heppy.
Itulah kenapa kemudian Pertamina memiliki integrated news room yang berperan sangat penting bagi \untuk memprodiksi konten-konten. "Kami juga punya program employee journalism, di mana semua pekerja bisa jadi jurnalis dengan membuat berita, artikel, video terkait apa yang terjadi di sekitar mereka dan ini jadi tambahan konten," kata Heppy.
Kinerja Integrated News Room Pertamina teruji saat menangani krisis tumpahan minyak di Pantai Karawang, Jawa Barat, pada 12 Juli - 23 Agustus 2019. Saat itu 42.034 barel minyak mentah tumpah di lepas pantai dan menghasilkan 5,747 juta karung limbah di daratan. Ada tujuh kabupaten dan kota terdampak. Nelayan tak bisa melaut, masyarakat terkana penyakit infeksi saluran pernapasan atas, gatal-gatal, dan penyakit kulit. Lahan mangrove dan tambak ikan terganggu, serta pantai tercemar.
Respons pertama yang dilakukan Pertamina adalah membangun kepercayaan publik bahwa masalah ini akan tertangani dengan baik. "Kami membuat key message dan lead statement, karena jadi pesan kepada masyarakat. Kami bangun bahwa Pertamina responsible dan capable. Pertamina tak ingin itu terjadi. Kami ingin tunjukkan kepada publik dan dunia, bahwa Pertamina sangat bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan kasus yang terjadi, membersihkan oil spill dan membangun operasi yang terkendala," kata Heppy.
Maka semua saluran media di internet pun dimanfaatkan. Pertamina memiliki situs jaringan, akun di lima platform media sosial, My Pertamina Apps, dan intelejensia artifisial untuk contact center Pertamina. Ada sejumlah langkah cepat yang dilakukan sebagai respons terhadap kejadian itu.
"Pertama memutakhirkan situs PHE WMO, karena semua orang pasti akses untuk mencari informasi. Seiring meluasnya krisis, ini di-update di website Pertamina," kata Heppy.
Pertamina juga membuat keterangan pers dan selama 24 jam memproduksi konten terkait krisis tersebut. "Ini karena isu di lapangan dinamis, terutama di media sosial," kata Heppy.
Simak berita selengkapnya ...