Kiai Asep Selalu Menolak Pesantrennya Dibantu Pemerintah, Ini Dua Alasan Utamanya
Editor: MMA
Sabtu, 23 Januari 2021 23:31 WIB
Kiai Asep mengaku ikhlas kampanye untuk Jokowi, termasuk biaya kampanye yang dikeluarkan dari uang pribadi. Kiai Asep memang lebih suka bersedekah daripada menerima bantuan dari orang lain, termasuk pemerinah. Karena itu ketika kampanye untuk kemenangan Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin, Kiai Asep pakai biaya sendiri sampai menghabiskan dana miliaran rupiah. Kiai Asep memang ulama miliarder tapi dermawan.
Karena itu, ia selalu menolak pesantrennya disumbang, termasuk oleh Presiden Jokowi. “Kalau saya terima (sumbangan Pak Jokowi-Red) ya hanya senilai gedung itu yang saya dapat. Tapi kalau saya menolak sumbangan (termasuk dari Pak Jokowi), Allah justru memberi saya jauh lebih banyak daripada nilai sumbangan itu,” tegas Kiai Asep penuh semangat.
Kiai Asep lalu membuktikan. “Sejak Pak Jokowi terpilih dan dilantik sebagai presiden hingga sekarang saya terus membangun yang tiap bulannya menghabiskan uang miliaran rupiah,” kata Kiai Asep sembari menunjukkan berbagai bangunan gedung yang berserakan di tanah Amanatul Ummah. Di antaranya pembangunan masjid di kampus Institut Pesantren KH Abdul Chalim dan asrama santri lantai empat di Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Bangunan-bangunan itu sudah hampir selesai.
Kini Kiai Asep sedang mempersiapkan bangunan Universitas Islam Interrnasional yang akan mengundang mahasiswa dari berbagai negara secara gratis. Areal tanahnya diperkirakan sepanjang dua kilometer.
“Nanti akan nyambung dari pesantren Amanatul Ummah sampai ke kampus Institut Pesantren KH Abdul Chalim,” tutur Kiai Asep yang putra KH Abdul Chalim, salah satu pendiri NU..
Ia mengaku sedang membebaskan tanah di sepanjang areal dua kilo meter itu. “Sebagian tanahnya sudah ada,” kata Kiai Asep.
Ia juga mengatakan bahwa Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC) kini sudah mulai menerima mahasiswa S-3. Bahkan sudah ada mahasiswa dari 9 negara yang kuliah secara gratis di IKHAC. Diantaranya dari Taiwan, Malaysia, Pakistan dan negara lainnya. Sebagian dari mereka sudah lulus dan diwisuda.
“Pokoknya tahun 2022 Universitas islam Internasional itu sudah dimulai pembangunannya,” tegas ketua umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu. (mma)