​Bangun 1.000 Gereja, Pendeta Alex Justru Tersingkir oleh Anaknya dari Gereja Bethany | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Bangun 1.000 Gereja, Pendeta Alex Justru Tersingkir oleh Anaknya dari Gereja Bethany

Editor: MMA
Sabtu, 20 Februari 2021 21:22 WIB

Dahlan Iskan. Foto: ist

“Sebelum meninggal itu beliau sangat ingin menjual rumah beliau. Ya untuk membiayai interior di gedung baru itu,” ujar orang dekat Pak Alex tersebut.

Rumah yang mana?

“Pak Alex menyebut rumah di Celaket, Pacet, dan rumah di dekat Graha Bethany Nginden,” ujarnya.

Villa yang di Pacet itu (lereng gunung Arjuno, tidak jauh dari tempat wisata Tretes) dulunya sering untuk acara retreat.

“Pak Alex membayangkan akan dapat uang Rp 40 miliar dari menjual rumahnya yang di Celaket. Lalu mendapat Rp 35 miliar dari menjual rumah yang di Nginden. Kata beliau itu cukup untuk membangun interior gereja di Kemayoran itu,” katanya.

Orang-orang dekat itu mengingatkan Pak Alex. Tidak mungkin beliau menjual dua rumah itu. Kan sudah dikuasai anaknya.

“Sampai tiba-tiba meninggal beliau belum mendapat gambaran dari mana biaya untuk menyiapkan interior di gedung baru itu nanti,” ujar orang dekat itu.

Dengan demikian ada dua cita-cita Pak Alex yang belum terwujud sampai beliau meninggal. Yakni gereja di Jakarta itu dan bisa kembali ke Graha Bethany.

Saya bisa merasakan bagaimana di hari tuanya Pendeta Alex tidak bisa masuk ke gereja yang dibangunnya dengan penuh semangat itu. Pun bagaimana ia ‘terusir’ oleh anaknya sendiri: Aswin Tanuseputra. Yang sekarang menguasai gereja itu berikut jaringannya yang luas: Bethany.

“Beliau terus memimpikan suatu saat bisa kembali ke Bethany Nginden,” ujar salah seorang yang sangat dekat dengan Pak Alex.

“Kalau beliau bisa kembali,” ujar orang tersebut, “Beliau hanya ingin minta ampun kepada seluruh jemaat tentang apa pun kesalahan yang beliau lakukan. Terutama soal status kepemilikan gereja itu,” ujarnya. “Beliau akan mengembalikan gereja itu menjadi kembali milik umat,” katanya.

Ia mengaku tidak sendirian mendengarkan kata-kata Pak Alex seperti itu. Juga bukan hanya sekali. Ia menyebut nama-nama orang yang ikut mendengarkannya. “Tolong jangan disebut nama-nama itu. Agar jangan sampai ditahan,” katanya.

baca juga : Nyaman Banar

Ia mengatakan tidak ada lagi orang yang berani berhadapan dengan Aswin sejak lama. “Aswin itu orang kuat. Siapa melawannya bisa bernasib seperti Sudjarwo,” ujarnya.

Sudjarwo adalah aktivis Bethany yang juga salah satu orang dekat Pak Alex. Yang karena membela Pak Alex sampai harus menjadi tersangka. Dengan sangkaan memberi keterangan palsu. Dan sempat ditahan.

Sejak itu tidak ada yang berani lagi menjadi Sudjarwo.

“Saya sebenarnya berani. Tapi istri saya nangis-nangis. Jangan sampai saya ditahan,” ujarnya.

Saya sendiri semula sudah senang akan bisa wawancara dengan Pendeta Aswin. Tapi sesaat kemudian beliau membatalkannya. Dengan alasan beliau lagi menjalani isolasi mandiri. ‘Sedang isolasi’ itu pula yang menjadi alasan mengapa Aswin tidak hadir di persemayaman ayahnya.

Pun juga alasan pandemi Covid-19 yang membuat jenazah Pendeta Alex tidak disemayamkan di gereja Bethany Manyar —sebagaimana jenazah ibunya dulu. Itu demi memenuhi aturan pemerintah di bidang protokol kesehatan.

Saya memaklumi batalnya wawancara itu. Isolasi kini bisa dijadikan alasan pembenar di banyak hal. Maka saya tawarkan untuk wawancara lewat zoom. Tapi beliau juga tidak bersedia.

Saya pun mengirimkan beberapa pertanyaan tertulis. Salah satunya: apakah Pak Aswin akan hadir di persemayaman itu seandainya lagi tidak isolasi mandiri.

Pak Aswin menjawab bahwa beliau tidak bersedia menjawab. Beliau, untuk saat ini, memilih bersikap diam.

Saya pun memaklumi sikap itu. (*)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video