Jokowi Dukung Vaksin Nusantara, Tapi Tidak Pojokkan BPOM, Dahlan Iskan: Politik Santun
Editor: Nur Syaifudin
Wartawan: .
Sabtu, 13 Maret 2021 10:30 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tim Vaksin Nusantara mengaku kembali bergairah. Setelah dapat dukungan Presiden RI Joko Widodo. Padahal tim Vaksin Nusantara sempat lemes karena ada bocoran copy surat dari BPOM di medsos.
Kini bahkan bukan hanya Presiden yang mendukung. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj juga mendukung. Karena ada NU-nya? Loh iya ta?
BACA JUGA:
Bersama Presiden Jokowi, Menteri ATR/BPN Peroleh Brevet Kehormatan Hiu
Dampingi Presiden Cek Harga di Pasar, Pj. Gubernur Jatim Pastikan Harga Bapok Terkendali
Dibuka Presiden Jokowi, Pj Gubernur Jatim Hadiri Pembukaan MTQ Nasional XXX Samarinda
Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Simak saja tulisan Dahlan Iskan, wartawan kondang, yang hari ini, Sabtu, 13 Maret 2021 dimuat Disway dan HARIAN BANGSA.
Dibawah ini BANGSAONLINE.com memuat secara lengkap. Selamat membaca:
AKHIRNYA Presiden Jokowi bicara. Soal vaksin itu –Vaksin Nusantara. Inilah untuk pertama kali Presiden Jokowi mengucapkan kata Vaksin Nusantara di depan publik. Resmi pula: lewat video yang kelihatannya sengaja dibuat di Istana. Dan diedarkan secara resmi oleh Sekretariat Negara.
Terasa sekali dukungan Presiden Jokowi ke Vaksin Nusantara –disingkat Vak-Nus. Memang dukungan itu sekaligus juga ke Vaksin Merah Putih. Bahkan Vaksin Merah Putih diucapkan lebih dulu sebelum Vak-Nus. Hanya saja kita semua tahu bahwa Vaksin Merah Putih punya rencana lebih panjang. Baru pertengahan tahun depan ditarget uji coba fase 1. Sedang Vak-Nus sudah menyelesaikan uji coba fase 1. Sudah hampir dua bulan lalu.
Kini Vak-Nus sedang menunggu izin uji coba fase 2. Yang –seandainya sudah ada lampu hijau dari BPOM– ditargetkan terlaksana Minggu lalu.
Target awalnya Vak-Nus sudah menyelesaikan uji coba fase 3 bulan depan. Berarti harus mundur.
Video Presiden Jokowi itu kelihatan sekali dibuat secara cermat. Meski mendukung Vak-Nus isi video itu sama sekali tidak memojokkan BPOM. Bahkan sangat terasa mendukung pula sikap BPOM. Yang harus hati-hati dan teliti. Agar vaksin yang dihasilkan di dalam negeri tetap aman.
Begitulah politik santun. Tidak boleh memojokkan salah satu pihak. Untuk mengurangi barisan penentangan.
"Setelah Bapak Presiden memberikan dukungan kami semangat lagi," ujar seorang anggota tim Vak-Nus. "Tim kami sempat lemes. Terutama ketika BPOM mengeluarkan surat yang beredar luas di Medsos itu," ujarnya.
Di samping penegasan presiden itu, tim Vak-Nus juga seperti mendapat infus dari DPR. Khususnya dari Komisi IX. Maka Tim Vak-Nus kini merencanakan dua hal: membuka hasil uji coba fase 1 ke publik dan siap-siap menjalankan uji coba fase 2 tanggal 17 Maret depan. Itu sesuai dengan permintaan DPR yang diputuskan dalam rapat Komisi IX Rabu lalu (Lihat Disway kemarin).
"Sekarang sudah jelas bahwa Bapak Presiden Jokowi memberikan dukungan ke Vak-Nus," ujar Prof. Dr. C. A. Nidom, pakar vaksin yang menemukan vaksin flu burung di masa lalu itu.
Prof Nidom, guru besar Unair itu, setuju dengan kesimpulan saya di Disway bulan lalu. Bahwa ini hanya soal definisi. "BPOM punya definisi sendiri apa itu vaksin," ujar Prof Nidom.
"Apakah definisi itu diambil dari definisi WHO?" tanya saya.
"WHO tidak menetapkan apa-apa soal definisi vaksin," jawabnya. "Hanya saja selama ini semua vaksin yang ditemukan tidak ada yang berbasis sel dendritik," ujarnya.
Sebenarnya ini memang terobosan bagi negara miskin seperti Indonesia. Juga kesempatan langka. Jarang ada momentum negara miskin bisa menyalip negara maju di tikungan seperti ini.
Sering definisi membuat kita terbelenggu.
Tapi saya juga setuju kehati-hatian jangan sampai dikorbankan. Uji coba fase 1 adalah tempatnya. Yang fokus pada efek samping. Tim Vak-Nus sendiri menyebut hasil uji coba fase 1 di Semarang itu sukses. Artinya tidak ada efek samping tertentu –yang dikategorikan bisa membuat izin uji coba fase 2 ditolak. Misalnya: ada yang sakit keras, atau sampai tidak bisa berjalan, atau sakit yang sampai diopname.