​Kekuatan Militer Indonesia Peringkat 16, Perlu Anggaran Rp 500-600 Triliun untuk Jadi Pemain Global | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kekuatan Militer Indonesia Peringkat 16, Perlu Anggaran Rp 500-600 Triliun untuk Jadi Pemain Global

Editor: Tim
Jumat, 04 Juni 2021 18:23 WIB

Mahfud Sidik. Foto: ist

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Mahfuz Sidik mengatakan untuk menjadikan sebagai 'pemain global', diperlukan dukungan sebesar Rp 500-600 triliun per tahun. Menurut dia, saat ini berada di peringkat 16 dunia dan harus naik kelas masuk 5 besar dunia.

"Kalau punya misi menjadikan sebagai pemain global, maka harus memajukan nya. Kekuatan militer harus naik kelas dari peringkat 16 menjadi peringkat 5," kata Mahfuz Sidik dalam keterangan tertulisnya yang diterima BANGSAONLINE.com, Jumat (4/6/2021).

Mahfuz menegaskan, berdasarkan survei negara-negara di dunia tahun 2020, lima besar dunia saat ini diduduki oleh Amerika Serikat, Rusia, China, India, dan Prancis, sementara berada di peringkat 16.

"Kalau lihat perbandingan dengan Prancis, budget militernya per tahun sampai antara 500-600 triliun. Sementara , kalau kita lihat Renstra 25 tahun yang sedang disusun Kemenhan sebesar Rp 1.760 triliun untuk 2020-2044. Itu relatif kecil untuk lima Renstra, 1,5 persen dari PDB," jelasnya.

Jika melihat, Renstra MEF 2020-2024 yang tengah berjalan pada tahap ketiga dengan capaian 75 persen, kata Mahfuz, untuk pertahanan TNI AL saja, pengalokasian anggarannya hanya sekitar 40 persen dari total anggaran Renstra MEF

"Apakah visi Presiden Jokowi (Joko Widodo) menjadikan Poros Maritim Dunia tidak didukung oleh penguatan porsi pertahanan? Angkatan Laut kita minimal harus punya 3 kapal selam super canggih untuk mengamankan tiga ALKI, bukan kapal yang berusia 30 tahunan, dan butuh beberapa kapal untuk pengawalan juga," ujar Mahfuz.

Tiga kapal selam super canggih tersebut, juga diperlukan untuk menjaga kawasan perbatasan dengan negara lain, seperti perbatasan di Laut China Selatan yang tengah mengalami ketegangan akibat klaim sepihak China terhadap kawasan tersebut.

Selain itu, perlu memiliki satelit militer sendiri untuk mengamankan wilayah udara agar tidak dikontrol negara lain. Sebab, terasa janggal apabila menggunakan satelit dari negara lain, sementara memiliki tentara dan sendiri.

"Jadi bagaimana terjemahan dari anggaran Rp 1.760 triliun itu, apalagi ditarik maju 2024. Lalu, apakah sudah ada evaluasi Restra MEF 2020-2024, masih ada sisa capaian sebesar 25 persen dan penganggarannya juga dihitung dari 2020. Di sinilah ada ruang abu-abu itu, kita juga punya hak untuk mendapatkan informasinya," tandas Mahfuz.

Ia berharap pemerintah mendefinisikan ulang asumsi-asumsi dasar dan proyeksi di dalam membangun postur pertahanan, termasuk strategi dan doktrinnya.

"Kalau kita membedah Buku Putih Pertahanan dan Renstra 2020-2024, ada dua hal yang belum kuat menjadi asumsi perencanaan, yaitu respons memperkuat negara maritim dan perkembangan teknologi komunikasi di era digital," katanya.

Partai Gelora, lanjutnya, akan terus mendorong untuk membuka ruang diskusi atau wacana ini.

"Kita akan membuka diskursus atau wacana ini, karena menyangkut ketahanan nasional dalam membangun indonesia kedepan. Kita tidak boleh memulainya dengan asumsi yang salah, apalagi perencanaan asal-asalan. Itu yang paling penting," katanya.

Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta menambahkan, ketika ingin menjadikan militer menjadi kelima dunia, maka dibutuhkan roadmap jangka panjang.

Asumsi-asumsi dasar mengenai sistem pertahanan saat ini, lanjutnya, harus dilakukan perubahan secara fundamental, terutama menyangkut konflik global dan perang masa depan. (tim) 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video