Relawan Disabilitas Rakor Penanggulangan Bencana; 'Bagaimana Kalau Ada yang Seperti Kami?'
Editor: Nur Syaifudin
Wartawan: .
Sabtu, 12 Juni 2021 11:31 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sekitar seratus relawan disabilitas (tunarungu) mengikuti rapat koordinasi (rakor) penanggulangan bencana dengan tema “Tangguh Bersama Seluruh Elemen Masyarakat Jawa Timur”. Acara yang dikuti para relawan disabiltas se-Jawa Timur ini digelar di Hotel Novotel Samator, Surabaya, Jumat (11/6).
Koordinator Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jatim Dian Harmuningsih menjadi narasumber acara ini. Selain dia, juga ada narasumber Sekjen FPRB Catur Sudarmanto (Mbah Darmo).
BACA JUGA:
Dongkrak Kompetensi Pegawai, BPBD Jatim Gelar Pelatihan Asesmen Gedung dari Gempa Bumi dan Kebakaran
Bersama Australia Government, BNPB Gelar Misi Pemantauan Program Siap Siaga
Cukup Gunakan KTP dan KK, Pemkot Kediri Salurkan Bantuan Sosial untuk ODKB
Kalaksa BPBD Jatim Raih Penghargaan di Peringatan Hari Pramuka ke-63
Rakor dibuka Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Gatot Soebroto. Ia menjelaskan, peran relawan, termasuk kelompok disabilitas, sangat penting. Mereka bisa menyosialisasikan penanggulangan bencana kepada kelompok atau komunitasnya.
Sementara, Dian Harmuningsih mengungkapkan, relawan disabilitas bisa bersinergi bersama relawan penangulangan bencana. Kapasitas para relawan disabilitas perlu ditingkatkan dalam upaya ketangguhan yang mandiri. Baik diri sendiri maupun keluarga.
"Penanggulangan bencana urusan bersama. Semua bisa jadi subjek. Sinergitas perlu dijadikan nyata, bukan hanya sekadar wacana," katanya di hadapan para peserta.
Dalam acara ini ada pertanyaan yang cukup menarik dari salah seorang peserta. Peserta bernama Mei ini menggunakan bahasa isyarat ketika bertanya.
"Bagaimana melakukan evakuasi jika ada yang seperti kami. Sedangkan tim penolong tidak bisa bahasa isyarat, sehingga tidak mengerti maksud kami," demikian pertanyaan dari Mei.
Menurut Dian, pertanyaan itu menyadarkan semua yang hadir, bahwa relawan penanggulangan bencana juga perlu dibekali kemampuan bahasa isyarat.
“Tujuannya agar saat kita berkomunikasi dengan teman-teman disabilitas kita semua bisa memahami,”imbuh Dian.
Dian berharap, ke depan, bisa bekerja sama mengadakan sebuah pelatihanbahasa isyarat atau dikenal dengan istilah Bisindo (bahasa isyarat Indonesia) bagi relawan dan masyarakat umum. (*/ns)