Kunjungi KEK Singhasari, AMSI Ditawari Bangun Klaster Media Siber | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kunjungi KEK Singhasari, AMSI Ditawari Bangun Klaster Media Siber

Editor: Redaksi
Minggu, 13 Juni 2021 19:59 WIB

Para pengurus AMSI Jatim ditemui David Santoso selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari.

MALANG, BANGSAONLINE.com - Pengurus AMSI Jawa Timur berkunjung ke , Minggu (13/6/2021). Rombongan pengurus yang dikomandani Ketua Arief Rahman langsung ditemui David Santoso selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari.

Hadir pula Wakil Ketua Suwarjono, Badan Pertimbangan Dwi Eko Lokononto (Pemred Beritajatim.com), Ketua Departemen Organisasi dan Keanggotaan Yatimul Ainun. Dari , David didampingi Purnadi selaku Dirut dan Dr. Harun selaku konsultan ahli.

Adapun Bupati Malang Sanusi mengutus Kepala Bappeda Tomie Herawanto untuk hadir. Dalam diskusi awal dibahas soal mekanisme perizinan. Tomie memastikan, Pemkab Malang support penuh mengenai perizinan.

"Untuk urusan perizinan silakan ditanyakan, kami (Pemkab Malang) kawal penuh. Hingga ada istilah OSS, ojo suwe-suwe," ungkapnya.

Menurut Tomie, adalah KEK satu-satunya di Jawa Timur. Pihaknya berjuang berdarah-darah hingga keluar PP.

"Dengan kedatangan teman-teman , kami ingin bersinergi. Berharap poin-poin dalam Rakerwil juga diperjelas. Kami juga akan akan ajukan ke RPJMD Kabupaten Malang," ungkapnya.

Sebab, bagi Pemkab Malang, KEK tidak hanya menguntungkan Malang Raya, tapi juga Jatim dan nasional. Dukungan media amat diperlukan untuk pengembangan ke depan. Sebab, PP ada batasan waktu tiga tahun, ini sudah setahun.

"Kami titip dimasukkan, media bisa membantu KEK, apa yang dibutuhkan (data, red), kami siapkan," ujarnya.

David Santoso selaku pengelola langsung menawarkan soal klaster media di .

"Kalau ada klaster media, rasa-rasanya menarik. Ini bisa MoU, kemudian kita laporkan gubernur. Ini jadi satu-satunya," terangnya.

Menurut David, yang perlu didetailkan adalah interkoneksi dengan berbagai stakeholder, influencer, dan lain-lain. Kalau berada dalam satu klaster, kolaborasi konten bisa dilakukan.

Klaster media di juga berpotensi membuat content factory. Kata David, nanti mengenai konsep bisnis, seperti revenue hingga monetisasi bisa dibahas.

"Kita MoU kan klaster media. Pajak periklanan jika ada di KEK ada tax holiday," katanya.

Kekhususan KEK diiriskan dengan media. Bagaimana insentifnya dibahas. Seperti KEK dengan Telkom pernah membahas kerja sama dengan konsep royalti 15 persen. "AMSI bisa mempertimbangkan jika di KEK ada value-nya (kemudahan pajak dll, red)," ungkap dia.

Terkait usulan David kepada AMSI terkait klaster media, nantinya media juga akan mengeluarkan highlight mengenai KEK, mengenai PPH, PPN.

Kedua terkait detail pembahasan konsep bisnis atau B2B. Beberapa perusahaan media jika masuk, David mengatakan garansinya adalah tanah dan penyertaannya. "Soal pemindahan (kantor media, red) akan dibantu. Pernah membahas ini dengan Pak Steve (kapanlagi.com)," ungkapnya.

Suwarjono Wakil Ketua mengatakan media digital membutuhkan partner yang paham. Klaster media di menurutnya memungkinkan. Tim media Suwarjono, malah sebagian besar di Yogyakarta, tidak Jakarta.

"Kita pilih tempat yang SDM bagus. Industri ini bisa dikerjakan di manapun. Tim IT, ilustrator, video editor, dan konten kreator. Sebagian besar tim saya tidak di Jakarta, secara bisnis tidak sustainable jika seluruhnya di Jakarta. Maka kami cari lokasi yang harga terjangkau," paparnya.

Contoh lainnya, media Kompas bahkan memindahkan kantor ke Solo, dengan alasan harga yang masuk.

"Malang, SDM ok, jaringan dan budaya juga ada mahasiswa. memungkinkan untuk klaster media. Saya ikut karena ingin tahu lokasi jauh tidak. Motor, bangunan, infrastruktur apakah harga juga memungkinkan. Kalau Surabaya gak masuk secara bisnis," paparnya.

Suwarjono melanjutkan, di industri ini pemainnya banyak. Ada homeless media, mereka konten kreator yang masuk dari platform lain dari rumah. Namun untuk media online ada keunggulan. Karena ada ikatan dan aturan yang bisa menyatukan dibanding teman-teman conten creator.

"Apalagi di era sekarang adalah era iklan dashboard to dashboard, sudah tidak sales ketemu orang, adnetwork dikelola Google dan banyak agency global. Pola ini banyak digunakan. Dan bisa dilakukan jika traffic tinggi dan harus kolaborasi. Ada newsroom bersama dengan platform beda maka akan sangat efisien dan membantu," jelasnya.

Lebih lanjut, Suwarjono memaparkan bahwa era ke depan adalah video. Karena itu, menurutnya di klaster media nanti bisa buat studio bareng. Video akan lebih menarik jika dibuat teman dengan background lapangan atau liputan.

"Video adalah masa depan, sekarang banyak platform-nya, tidak hanya tergantung youtube," jelas Pemimpin Redaksi portal media PT Arcadia Digital Media Tbk ini.

"Kita harus terbuka inisiasi baru, kolaborasi seperti satu studio. Syaratnya ada teknologi yang membantu. Media terinspirasi (Jeff) Bezos yang membangun Washington Post selama tiga tahun dan mengembalikan keuntungan besar. Kuncinya teknologi," bebernya.

David merespons paparan Suwarjono dengan usulan soal pendanaan klaster media. Polanya bisa dengan microfunding, AMSI sebagai pemegang saham. "Secara konten ada dan bisnis terwakili. Suara media secara nasional bisa kita suarakan dari sini," tukasnya.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video