Bukan Obat, Bukan Vaksin, Tak Diakui, Tapi Timbulkan Antibodi-Protektif pada Covid-19, Apa Itu?
Editor: MMA
Jumat, 18 Juni 2021 08:14 WIB
Di hari ke 18 mereka diperiksa di makmal independen.
Hasil makmal menunjukkan orang tersebut memiliki antibodi terhadap Covid-19. Dengan angka antara 160 sampai 200.
Mereka juga memiliki proteksi terhadap Covid-19 dengan angka yang meyakinkan: antara 48-94.
Memiliki proteksi itu penting karena belum tentu yang sudah punya antibodi tidak tertular Covid.
Pertanyaan saya:
1. Harus disebut apa jenis barang itu? (Tidak diakui sebagai vaksin, tidak diakui sebagai obat, bukan therapy karena hanya untuk mencegah, bukan jamu, bukan makanan/minuman).
2. Siapa yang harus memberi izin agar barang itu bisa dipakai. Siapa atau lembaga apa yang harus menguji agar izin bisa diproses?
3. Ketika Covid-19 masih marak seperti sekarang dan varian-varian baru muncul, apakah barang seperti itu diperlukan?
Saya lihat banyak orang meminati barang itu. Tapi hanya yang mampu secara ekonomi yang akan bisa menjangkau. Sekali suntik bisa sekitar Rp 5 juta. Harga itu sangat mahal untuk kebanyakan orang Indonesia. Harga itu mahal karena tidak dibuat massal. Barang itu tidak bisa dibuat massal karena tidak ada izin sebagai vaksin/obat/makanan/minuman.
Saya hanya bertanya tiga soal di atas. Itu karena saya tidak mampu menjawabnya.
Please. (*)