Pertamina Meriang, Erick Thohir Merestrukturisasi BUMN, Banyak Kehilangan Kekuasaan
Editor: MMA
Sabtu, 11 September 2021 07:35 WIB
Saya tentu setuju –emangnya punya hak untuk setuju atau tidak setuju? –dengan langkah Erick Thohir itu. Secara struktur bisa lebih bagus. Lebih jelas.
Tapi apakah itu sudah menjawab tantangan masa depan Pertamina?
Rasanya belum. Itu baru ”menertibkan” struktur di Pertamina. Bisnisnya masih biasa seperti yang lama.
Masa depan Pertamina adalah: apa yang akan dilakukan setelah mobil listrik menggantikan mobil bensin. Memang ada sub-holding bidang energi baru, tapi masih lebih berat ke geotermal. Sedang di proyek baterai lithium Pertamina hanya memegang 20 persen saham.
Saya juga mendengar ada selentingan ini: setelah restrukturisasi, Pertamina lebih bisa mencari uang. Terutama dari pasar modal. Sub-sub holding itu bisa go public. Satu per satu. Mereka sudah bukan BUMN. Mereka sudah berstatus anak perusahaan.
Bahkan anak-anak perusahaan sub holding –cucu Pertamina– juga bisa go public sendiri-sendiri.
Maka harus saya akui, langkah-langkah besar kini lebih mampu dilakukan oleh BUMN. Suasana politiknya adem ayem. Sangat memungkinkan untuk dilakukannya langkah besar.
Jangan harap yang seperti ini bisa dilakukan di masa lalu. Ketika peran DPR masih sangat besarnya.
Maka setiap kali dimintai pendapat soal restrukturisasi di BUMN, saya selalu mengatakan: lakukan segera. Sekarang. Mumpung Presiden Jokowi mampu mengendalikan politik hampir secara mutlak.
Tentu sehebat apa pun restrukturisasi, itu hanya alat. Hasilnya tetap di tangan orang yang memegang alat itu.
Misalnya: apakah dengan restrukturisasi ini produksi minyak Pertamina langsung bisa naik. Mungkin tidak. Kalau toh naik itu karena blok Rokan kini menjadi milik Pertamina. Untuk menaikkan produksi minyak tetap harus menemukan sumur baru. Dan itu perlu waktu lama.
Atau: apakah setelah restrukturisasi mendadak kilang-kilang minyak Pertamina menjadi lebih efisien. Tentu tidak. Itu lebih dihasilkan oleh kinerja di lapangan –yang tetap di tangan tim yang lama.
Saya bayangkan di pusat Pertamina kini juga akan berubah total. Tidak ada lagi pekerjaan operasional. Proyek-proyek besar akan otomatis pindah ke sub-holding. Mestinya.
Demikian juga soal penataan aset. Apakah akan dilakukan sentralisasi aset? Kalau aset masih tetap di sub-holding bagaimana kalau sub-holding itu nanti go public?
Setahun ke depan kelihatannya Pertamina masih akan sibuk dengan urusan yang terkait restrukturisasi ini.
Tapi langkah besar telah diayunkan. Layar besar telah dibentangkan. Tinggal buaya-buaya akan lari ke mana. (Dahlan Iskan)