Bulan Madu 6 Bulan, Apa Baradar akan Bernasib seperti Syahrir, Sadr, Gus Ipul, atau Lin Piao
Editor: MMA
Jumat, 17 September 2021 08:03 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Faksi fundamentalis tampaknya kembali
menguasai Taliban. Baradar – negosiator ulung dari faksi moderat – yang baru diangkat wakil perdana menteri Afghanistan menghilang. Ia berselisih dengan Haqqani
yang fundamentalis.
Apakah nasib Baradar akan sama dengan Syahrir, Sadr, Gus Ipul, atau Lin Piao? Simak tulisan wartawan terkemuka, Dahlan Iskan, berjudul Bulan Madu, pagi ini (17/9/2021) di Disway. BANGSAONLINE.com menurunkan tulisan tersebut secara lengkap. Nah, agar bisa membaca tuntas silakan klik langsung bangsaonline.com karena di aplikasi aggregator sering terpotong tak sempurna. Selamat membaca:
BACA JUGA:
Gebyar Hari Anak Nasional Kota Pasuruan, Gus Ipul: Semoga Jadi Pemimpin Masa Depan
Dorong UKM dan IKM, Gus Ipul dan Istri Resmikan Galeri Dekranasda di Alun-Alun Kota Pasuruan
Wali Kota Pasuruan Harap Bantuan RTLH Bisa Tingkatkan Kenyamanan untuk Masyarakat
Amanat Gus Ipul saat Pelantikan Anggota DPRD Kota Pasuruan Periode 2024-2029
TALIBAN pun manusia. Maksud saya: isi kepalanya berbeda-beda
Sebenarnya –ibarat manusia yang lagi jadi pengantin– pemerintahan Taliban ini masih dalam masa berbulan madu. Belum berumur satu bulan. Masih mesra-mesranya. Rukun-rukunnya.
Sampai kapan?
Tiga bulan? Enam bulan?
Media di Inggris menyebutkan: bulan madu Taliban sudah mulai terganggu. Pun sejak sebelum pemerintahan baru terbentuk.
Faksi moderat (Mullah Abdul Ghani Baradar dkk) mulai berselisih dengan faksi garis keras: Khalil Haqqani dkk.
Haqqani oleh media di Barat disebut faksi teroris. Nama Haqqani memang masuk daftar teroris di Amerika.
Dalam konflik itu, Haqqani diberitakan sampai berantem fisik dengan Baradar. Tempatnya, duh, di Istana Negara. Yakni istana yang baru saja mereka duduki.
Senjata api pun dikabarkan sampai menyalak. Baradar terkena peluru.
Seminggu kemudian ada video klarifikasi: Baradar tidak meninggal dunia. Hanya saja Baradar tidak pernah muncul di media atau di depan umum. Menghilang? Sakit? Meninggal?
Semua revolusi memang memiliki tahapan-tahapannya. Revolusi apa pun. Di mana pun. Tahapan yang paling menyakitkan adalah ''pasca bulan madu''. Ketika perbedaan pendapat mulai muncul. Ketika pilihan strategi tidak sama. Ketika tabrakan ide mengeras.
Kelompok pemuda revolusioner seperti Sukarni, Chairul Saleh, Sutan Syahrir dkk dulu juga begitu kecewa. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dicanangkan ternyata mengecewakan.
Mereka mengeluh: setelah berhasil merdeka pun ternyata yang menjalankan administrasi pemerintahan masih tetap birokrasi peninggalan Belanda.
Merdeka, ternyata harus punya pemerintahan. Pemerintahan ternyata harus punya birokrasi. Para pejuang kemerdekaan tidak punya birokrasi yang siap pakai. Revolusi ternyata berhenti oleh kenyataan: yang menjalankan pemerintahan adalah birokrasi lama yang awalnya justru ingin mereka hancurkan lewat revolusi.
Sutan Syahrir harus masuk penjara. Pemberontakan terjadi di banyak tempat.
Banisadr, tangan kanan tokoh revolusi Iran Ayatollah Khomeini, harus dipecat. Revolusi harus memotong tangannya sendiri.
Teman saya, Arif Afandi, Ketua Kagama Jatim, punya hasil penelitian: bulan madu antara gubernur dan wakil gubernur hanya sependek 6 bulan. Demikian juga wali kota dan wakilnya. Pun bupati dan wabupnya. Arif sendiri pernah jadi wakil wali kota Surabaya.
Tentu ada yang tetap pura-pura rukun sampai 10 tahun. Dengan harapan sang wakil akan didukung penuh untuk menjadi gubernur berikutnya. Seperti yang secara tragis dialami Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf. Penantian 10 tahun itu ternyata fatamorgana. Gus Ipul, nama panggilannya, harus kalah berhadapan dengan calon yang didukung pasangan 10 tahunnya. Untung Gus Ipul, kemudian terpilih sebagai wali kota di sebuah kota sangat kecil: Pasuruan.
Apakah Baradar akan menjadi Syahrir, Sadr, Gus Ipul, atau pun Lin Piao di Tiongkok?
Atau Baradar justru akan membentuk Taliban-Perjuangan?
Perselisihan itu klasik sekali: siapa yang sebenarnya lebih berperan. Khususnya dalam mengakhiri pendudukan asing di Afghanistan. Kelompok Baradar atau kelompok Haqqani.
Tanpa Haqqani Amerika tidak akan kehilangan harapan di Afghanistan. Perlawanan Haqqani di daerah-daerah membuat Amerika realistis: Taliban tidak bisa dilawan.
Tanpa Baradar Amerika tidak menemukan jalan untuk mengakhiri pendudukan itu. Baradarlah yang membuat Amerika percaya: Afghanistan merdeka tidak akan bisa dijadikan sarang teroris internasional.
Maka Amerika pun terus mencari tahu: di mana Baradar. Untuk diajak berunding.