Inilah Inovasi Pertanian Jatim, Pertahankan Status Lumbung Pangan Nasional Terbesar
Editor: MMA
Senin, 18 Oktober 2021 11:07 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Provinsi Jawa Timur terus memacu inovasi pertanian untuk mempertahankan status lumbung pangan dengan rata-rata surplus beras 3 juta ton per tahun.
Harapannya, langkah tersebut dapat menopang ketahanan pangan di Indonesia. Jawa Timur sendiri merupakan barometer ketahanan pangan nasional dan turut menjaga stabilitas pangan nasional
BACA JUGA:
Signifikan Turunkan Kemiskinan Ekstrem, Pemprov Jatim Terima Insentif Fiskal Rp6,2 Miliar
Raih Predikat WBK/WBBM Kemenkumham Jatim Dorong Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Layanan Publik
Mohon Doa Restu Maju Pilgub Jatim 2024, Khofifah Ajak Muslimat NU Jember Perbanyak Sedekah
Kejati dan Kemenag Jatim Tegaskan ASN dan Pegawai Kejaksaan harus Netral di Pilkada 2024
"Kurang lebih ada 16 provinsi di Indonesia bagian timur yang mengandalkan suplai logistik dari Jawa Timur. Karenanya, kami terus melakukan inovasi di bidang pertanian agar kebutuhan masyarakat tetap dapat tercukupi baik dengan mekanisasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi pertanian sektor tertentu di tengah pandemi Covid-19," ungkap Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa terkait World Food Day atau Hari Pangan Sedunia (HPS) di Gedung Negara Grahadi, Senin (18/10).
Khofifah mengatakan, inovasi yang dilakukan, di antaranya, berupa penggunaan benih berkualitas – unggul bermutu; perbaikan tinggi pematang; melaksanakan pesemaian bersama; cara tanam model jajar legowo; pemupukan spesifik lokasi; kecukupan air; pHama secarat; dan melaksanakan panen secara tepat.
Terbukti, sepanjang semester I tahun 2021, Jatim mengalami surplus produksi beras. Tidak hanya itu, Jatim juga telah mengekspor komoditas pertanian senilai Rp 1,3 triliun pada tahun ini.
Khofifah menjelaskan dari total ekspor yang dikirimkan Jatim terdapat beberapa subsektor, seperti hortikultura sebanyak 3,2 juta kilogram dengan nominal senilai Rp 133,1 miliar, perkebunan sebanyak 49,5 juta kilogram dengan nominal senilai Rp 820,5 miliar, peternakan sebanyak 3 juta kilogram dengan nilai Rp 144,1 miliar.
Selanjutnya, dari subsektor tanaman pangan sebanyak 1,38 juta kilogram dengan nilai Rp 99,1 miliar, serta subsektor lain-lain sebanyak 34,4 ribu kilogram dengan nilai Rp 111 miliar.
"Artinya, meski Pandemi Covid-19 sektor pertanian Jawa Timur tetap dapat bertahan. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Jatim," ujarnya.
Khofifah menyebut, pembangunan sektor pertanian di Jawa Timur diselenggarakan dengan upaya integrasi untuk membangun daya saing dan meningkatkan peran pertanian Jawa Timur dalam percaturan perekonomian. Pembangunan tersebut meliputi pembangunan produksi, rantai pasok dan kelembagaan tani sebagai kesatuan utuh dan terintergasi yang berkelanjutan.