NUSA DUA, BANGSAONLINE.com - Selama ini banyak kritik ke G20 sebagai forum yang tidak bisa memecahkan masalah dunia. Lalu diusulkan dibubarkan saja.
Tapi acara G20 di Bali dinilai sukses. Paling tidak sedikit meredakan ketegangan dunia. Masihkah akan dibubarkan?
BACA JUGA:
- Mahasiswa UTM Ajak Masyarakat Siaga Meski RUU Pilkada Dibatalkan: DPR RI dan Jokowi Bisa Bermanuver
- Susunan Pengurus DPP Golkar 2024-2029, Tanpa Jokowi dan Gibran
- Jungkirbalikkan Sutradara Politik, Derajat MK Naik Lagi
- Dengarkan Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi, DPRD Kabupaten Mojokerto Gelar Rapat Paripurna
Simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE.com, hari ini, Kamis, 17 Nopember 2022, di bawah ini.
TOP! Mengagumkan! Mengesankan!
Itulah kesimpulan saya menyaksikan Gala Dinner G20 di Bali kemarin malam. Sempurna. Gabungan naturalis dengan digitalis. Anggun, megah, indah: jadi satu.
Dan hebatnya: tidak hujan. Padahal tidak terlihat ada pawang yang mondar-mandir di situ. Atau ada?
Setting acaranya padat. Hanya tiga show. Tapi formatnya bisa memungkinkan banyak tokoh go mingle. Formal tapi cair. Proses kedatangan tamu negara yang berjarak tiga menit, membuat mereka yang datang lebih awal bisa banyak punya waktu saling mendatangi atau didatangi. Mantan Presiden SBY tampak sempat asyik dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Di akhir acara terlihat pula Presiden Jokowi didatangi banyak kepala negara. Ngobrol santai. Memuji. Mengagumi.
Bahkan Presiden Xi Jinping dari Tiongkok begitu lama berbincang dengan Jokowi. Jinping juga begitu lama ngobrol dengan Perdana Menteri India Narendra Modi. Santai. Informal. Padahal kesan yang muncul di media selama ini, keduanya sangat dingin.
Format makan malam itu disiapkan sangat sempurna. Para kepala pemerintahan duduk dalam format letter U. Di tengah U itu ternyata arena show. Di mulut U itu tangga trap lebar yang tinggi. Dari tangga itulah para artis turun menuju arena. Mereka seperti turun dari langit.
Permainan lampu dan cahayanya mengagumkan. ''Dinding'' kanan kiri itu jadi screen raksasa. Padahal itu irisan bukit batu. ''Screen'' tersebut memang tidak terlihat cling, tapi justru menimbulkan kesan natural yang luar biasa. Cahaya-cahaya laser yang menyorot dari samping-atas pun menjadi seperti plafon cahaya yang tinggi.
Peran MC yang digantikan sosok kartun di ''Screen Batu'' membuat acara Gala Dinner G20 ini berjalan mengalir seperti tanpa ada yang memutus.
Tiga show malam itu membuat pertunjukan tersebut seperti multi dimensi. Tari, teater, nyanyi diramu dalam satu kemasan indah. Tari dan lagu dari berbagai daerah ditampilkan bersama secara kolosal dalam tema kembali ke alam. Saya memuji rancangan pakaian tari Dayak, Burung Enggang, yang jatuhnya menjadi sangat berkelas dan anggun.
Tentu yang menjadi gongnya adalah show ketiga: tampilnya Hip Hop cilik dari kota So-e, pedalaman Timor. Mereka adalah Aldo, Charlos, dan Reven. Mereka berkolaborasi dengan penyanyi dari pulau kecil di NTT, pulau Alor, Andmesh Kamaleng.
Maka nama So-e dan Alor pun meroket ke panggung dunia. Dari kampung pedalaman mereka tampil di depan para pemimpin negara terbesar perekonomian mereka di jagat raya. Pak Jokowi yang mengangkat derajat mereka.
So-e adalah kota kecil ibu kota kabupaten Timor Tengah Selatan. Letaknya masih di sekitar 120 Km dari kota Kupang. Siapa pun yang dalam perjalanan darat dari Kupang ke Timtim melewati kota ini.
Klik Berita Selanjutnya