Anak Muda Israel Full Stress

Anak Muda Israel Full Stress Dahlan Iskan

JERUSALEM, BANGSAONLINE.com Banyak anak muda Israel resah. Karena mereka harus terlibat dalam aksi kekerasaan perang. Maklum, berdasarkan hukum Israel, orang berusia 18-24 tahun diwajibkan bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Jika tidak, mereka akan dipenjara selama 200 hari, disamping mendapat tekanan sosial.

Karena itu ada sekelompok anak muda terang-terangan menolak perang, meski beresiko dipenjara. Mereka menentang kebijakan pemerintah Isarael yang menduduki tanah dan pengebomangan warga sipil di Gaza.

Baca Juga: Hari Perdamaian Internasional, Khofifah Ajak Semua Pihak Terus Serukan Perdamaian di Palestina

Bukan hanya anak muda yang menentang kebijakan pemerintahannya. Beberapa anggota komunitas Yahudi di Turki bahkan berunjuk rasa mendukung perjuangan rakyat dan mengkritik tindakan Israel di Gaza, Minggu (10/12/2023). Tampaknya gelombang penolakan warga Yahudi terhadap perang Israel, baik di dalam maupun di luar Israel, semakin besar.

Tak aneh, jika anak-anak muda Israel banyak yang stres. Benarkah? Silakan simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE di bawah ini:

Anda pun kelihatannya juga tahu: mengapa musik psychedelic trance populer di Israel. Sampai-sampai ada festival psychedelic di sana –yang berbuntut perang berkepanjangan antara Hamas dan Israel sekarang ini.

Baca Juga: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dibunuh di Teheran, Pelakunya Diduga Agen Israel

"Anak muda Israel full stress," tulis media di Jerusalem. Mereka kan diharuskan ikut wajib militer. Bukan satu tahun seperti di Amerika atau Taiwan. Tapi tiga tahun. Maka setelah selesai wajib militer mereka umumnya pergi tiga bulan. Cari wilayah yang paling bebas. Melepas stres.

Salah satu tujuan mereka adalah India. Khususnya ke daerah Goa. Di sana mereka bisa hidup bebas. Mirip-mirip hippies.

Baca Juga: Pertemuan 5 Kader NU dengan Presiden Israel, Nawawi: Karena Gus Yahya Mencontohkan Hal yang Sama

Komunitas Yahudi di Turki berunjuk rasa mendukung perjuangan rakyat . Mereka juga mengkritik tindakan Israel yang membobardir warga sipil di Gaza, Ahad (10/12/2023). Foto: AP/Kompas.id

Di Goa-lah mereka mengenal musik psychedelic trance. Di sana mereka juga bertemu anak muda dari negara lain --yang punya persoalan serupa.

Di samping wajib militer, kehidupan sehari-hari orang Israel juga dipenuhi ketegangan, kecurigaan dan rasa tidak aman. Mereka memerlukan pelepasan ketegangan –apa pun bentuknya.

Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu

Omri Homsy Harari mengakui semua itu. Ia adalah pendiri majalah Psychedelic. Ia juga pernah jadi EO untuk festival psychedelic trance.

"Hidup di Israel itu memang spesial. Tapi juga penuh stres," katanya pada media di sana.

Goa sendiri memang pernah menjadi ''ibu kota'' hippies dunia. Mulai tahun 1960-an.

Baca Juga: PUI Kediri Raya Serahkan Donasi Rp37 Juta untuk Palestina

Di Goa, para hippies itu mendapatkan diri mereka tertular budaya meditasi India. Jadilah musik psychedelic Goa menjadi musik psychedelic trance. Lalu menyebar ke seluruh dunia –dengan alat musik elektronik yang punya kekuatan watt tinggi.

Di Israel, ujar Einat Haimovich, psychedelic trance pertama kali muncul tahun 1987-an. Yakni setelah terjadinya serangan intifada pertama. "Setelah itu kita seperti penuh stres. Lalu perlu mencari sesuatu yang rileks. Perlu kedamaian," ujar Einat.

Perempuan muda itu kini membuka program pelayanan pemulihan trauma bagi para pengunjung festival psychedelic trance yang diserang Hamas di Hari Sabath 7 Oktober lalu. Program pemulihan trauma itu berlangsung 10 hari di dekat Tel Aviv. Tiap hari 10 orang relawan bergabung di program itu. Saya lihat foto-fotonya. Banyak peralatan meditasinya.

Baca Juga: Khofifah Ajak Kampus dan Pesantren di Jatim Beri Beasiswa Pendidikan untuk Anak-Anak Palestina

Anda pun sudah tahu: ''Bapak Psychedelic Trance'' bukanlah orang Goa. Ia justru orang California. Ia seorang hippie. Sampai punya nama panggilan Goa Gil.

Nama aslinya: Gilbert Levey.

Goa Gil seumuran saya: lahir 1951. Ia barusan meninggal dunia: Oktober lalu –tidak lama setelah Hamas menyerbu festival psychedelic trance di Israel.

Baca Juga: Khofifah: Ponpes Jatim Siap Tampung 1.000 Anak-Anak Palestina, Prabowo akan Teruskan ke Presiden

Goa Gil juga penggila musik rock –yang menurunkan banyak sub aliran. Misalnya punk. Belakangan muncul lagi psychedelic trance.

Tentu Goa Gil dianggap orang aneh. Ia seperti sulit diterima lingkungan. Goa Gil pun meninggalkan Amerika: 1969. Awalnya Gil ke Amsterdam –yang gerakan hippies-nya juga lagi berkembang. Di Amsterdam ia tahu di mana bisa hidup bahagia sebagai hippie: India.

Ia pun ke Goa.

Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina

Di India, Gil jadi sadhu. Pengembara suci. Keluar masuk hutan. Ia menemukan guru spiritual di sana.

Awal tahun 1980-an para hippies di Goa sangat terkesan dengan perkembangan alat musik elektronik. Maka mereka mengombinasikan musik meditasi India dengan yang serba elektronik.

Sejak itu para hippies menggunakan alat musik modern. Mereka berkumpul di pantai Goa. Semalam suntuk. Jiwa mereka berpesta. Tidak henti-hentinya.

Di situlah psychedelic trance lahir. Berkembang. Banyak festivalnya. Yang paling bersejarah tentu yang diserbu Hamas itu.

Mungkin Anda ingin usul: Einat perlu buka cabang rehabilitasi trauma di Jakarta. Harus segera: yakni begitu suara Pilpres dan Pileg selesai dihitung tanggal 14 Februari depan. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO