Jelang Pilgub Jatim 2018: Gus Ipul Tebar Pesona Lewat Kopi, Pengamat: Bisa Blunder

Jelang Pilgub Jatim 2018: Gus Ipul Tebar Pesona Lewat Kopi, Pengamat: Bisa Blunder Saifullah Yusuf saat membranding dirinya lewat kopi di food court Urip Sumoharjo, Surabaya, kemarin. foto: didi/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) semakin aktif tebar pesona. Contohnya kemarin, Gus Ipul mulai membagi-bagikan kopi sachet, gelas dan buku saku bergambar dirinya, di food court Jalan Urip Sumoharjo Surabaya. Tidak hanya membagikan souvenir, Gus Ipul juga berkeliling menyalami para pedagang, juru parkir dan semua pengunjung food court. “Matusnuwun Pak, Bu nggih, atas waktunya,” sapa dia.

Kendati demikian, Gus Ipul enggan berterus terang mengenai maksudnya itu. Dia berdalih, pembagian kopi dan gelas sekadar untuk mempromosikan kopi lokal Jawa Timur. Tujuannya, produksi kopi lokal Jatim bisa dikenal dan merakyat.

Baca Juga: Didampingi Arumi, Cawagub Emil Dardak Blusukan ke Pasar Menganti Gresik

“Warga Jawa Timur ini kan suka sekali ngopi. Nah, saya ikut memromosikan agar kopi yang dikonsumsi adalah kopi kita sendiri,” katanya.

Disinggung mengenai foto dirinya yang tercetak pada bungkus kopi dan gelas, mantan menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) era Gus Dur ini hanya tertawa. “Nah, kalau itu saya numpang promosi,” jawabnya terkekeh.

Ini bukan kali pertama Gus Ipul membagikan kopi, gelas dan buku saku tersebut. Di beberapa kesempatan, dia juga melakukan hal sama. Berdasarkan informasi bagian Humas Pemprov Jatim, saat ini Gus Ipul memang rajin mendatangi kegiatan sosial kemasyarakatan. Beberapa di antaranya adalah pengajian umum, haul tokoh agama dan podok pesantren, seminar, serta kegiatan yang dihadiri massa banyak.

Baca Juga: Tri Rismaharini Sapa Pekerja Pabrik Rokok dan Kampung di Malang

“Dalam satu hari Gus Ipul bisa hadir di tiga tempat berbeda. Padahal, kadang undangan itu di kota/kabupaten yang berbeda. Pokoknya acara yang banyak massanya pasti Gus Ipul datang,” ungkap salah seorang staf di lingkungan Pemprov Jatim.

Bahkan, acara yang sudah dihadiri oleh Gubernur Soekarwo pun, Gus Ipul juga sering ikut hadir. Ini sering terjadi pada kegiatan partai. Beberapa di antaranya adalah saat pengukuhan pengurus DPD Partai Hanura Jatim; Seminar restorasi ekonomi Partai NasDem dan beberapa agenda partai lain di luar PKB.

Sikap ‘ngoyo’ Gus Ipul ini memang cukup beralasan. Pasalnya, sampai saat ini, Gus Ipul belum memiliki partai. Bahkan Partai Demokrat (PD) yang ikut mengusungnya pada Pilgub dua periode lalu juga belum menyatakan dukungannya.

Baca Juga: Disambut Doa, Khofifah Ajak Santri Ponpes Al Anwar Bangkalan untuk Tempuh Pendidikan yang Tinggi

Pengamat Politik Universitas Negeri Trunojoyo, Mochtar W Oetomo menilai, sikap ngoyo Gus Ipul menunjukkan bahwa dia kurang percaya diri. Padahal, sebagai incumbent wakil gubernur dua periode, popularitas Gus Ipul lumayan bagus.

Menurut Mochtar, ada beberapa alasan sehingga Gus Ipul agresif mengenalkan diri. Pertama karena dia belum punya partai. Sehingga strategi itu dipakai untuk meningkatkan nilai tawar. Tujuannya, ada partai besar yang tertarik untuk mengusungnya.

Partai yang dimaksud adalah PKB. Alasannya, PKB adalah satu-satunya partai yang bisa mengusung calon sendiri pada Pilgub 2018 nanti. Selain itu, PKB juga punya basis massa cukup banyak, dan punya kedekatan dengan nahdliyyin.

Baca Juga: Ikhtiar Menangkan Khofifah-Emil, DPW PKS Jatim Konsolidasikan Kader

Kedua adalah untuk membentengi bakal calon lain. “Ibarat sepak bola, pertahanan paling baik adalah menyerang. Ini yang dipakai Gus Ipul saat ini. Agar kandidat lain tidak punya kesempatan, maka dia begitu agresif,” tutur Mochtar kemarin.

Namun, Mochtar menganggap strategi tersebut cukup riskan. Apalagi bila kegiatannya tersebut dilakukan dengan mendompleng jabatannya sebagai wakil gubernur. Bukan atas nama pribadi, sebagai tokoh NU maupun Jawa Timur. “Bila ini yang terjadi, maka sikap agresif itu bisa blunder. Masyarakat Jawa Timur saat ini sudah cerdas, mereka tidak suka dengan calon yang terang-terangan seperti itu. Maka, strategi harus diubah. Harus lebih soft (halus) sehingga masyarakat bersimpati,” urainya.

Disinggung mengenai minimnya bakal calon lain yang muncul di permukaan, Mochtar menganggap hal itu sebagai strategi. Menurut dia, kandidat lain sengaja diam untuk menunggu momentum. “Mereka ingin melihat Gus Ipul tergelincir lebih dulu, setelah itu mereka baru muncul,” tandasnya. (mdr)

Baca Juga: Khofifah: Terima Kasih Kontribusi Muhammadiyah dalam Peningkatan Kualitas SDM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO