Pemerkosaan Siswi SMP di Desa Sadang, Kades Mengaku Kecolongan

Pemerkosaan Siswi SMP di Desa Sadang, Kades Mengaku Kecolongan

Listen to this article

SIDOAORJO, BANGSAONLINE.com - Kasus pemerkosaan siswi SMP yang dilakukan 13 pelaku di Desa Sadang, Kecamatan Taman, menjadi buah bibir. Pasalnya dari 13 pelaku tersebut, 9 di antaranya masih anak-anak alias di bawah umur.

Siangt tadi (30/7), BANGSAONLINE mengunjungi lingkungan para tersangka dan lokasi kejadian, termasuk lokasi yang biasa menjadi tempat kumpul para pelaku. Yakni, sebuah pangkalan ojek semipermanen di pinggir Jalan Raya Panjunan, Sukodono. Lokasinya, berada di perbatasan Desa Sadang dan Desa Panjunan.

Siang itu, ada empat tukang ojek yang sedang ngetem. Salah seorang dari mereka menyatakan, pos tersebut memang biasa menjadi tempat kumpul anak-anak muda saat malam. “Ojek di sini cuma sampai sore,” ucapnya.

Mereka yang berkumpul itu jumlahnya banyak. Bahkan, beberapa kali tukang ojek itu kerap mendapati gerombolan mereka berpesta minuman keras (miras). “Jalan ini sebenarnya ramai. Tapi, warga tidak ada yang tahu karena miras sudah dikemas dalam plastik. Di sini juga gelap. Cahaya hanya dari lampu jalan,” lanjutnya.

Nah, lokasi para pemuda melampiaskan nafsu bejatnya terhadap Bunga (nama samaran) tidak jauh dari pos itu. Jaraknya sekitar 100 meter ke arah timur dari pangkalan ojek. Tempatnya hanya bisa dijangkau dengan jalan kaki. Di sebuah lahan yang dipenuhi ilalang, para pelaku diketahui melakukan aksi bejatnya. Bunga pun tidak berdaya.

Para tersangka tinggal di Dusun Sadang. Dusun itu terletak di timur balai Desa Sadang. ''Sembilan pelaku yang masih anak-anak merupakan warga RT 4,” kata Kepala Desa (Kades) Sadang Subali. Dusun itu mempunyai dua RW. Yakni, RW 1 terdiri atas RT 1, 2, dan 3. Adapun RW 2 terdiri atas RT 4, 5, 6, dan 7.

Subali menjelaskan, warga desa juga terkejut luar biasa dengan kejadian memalukan tersebut. Warga hanya bisa geleng-geleng kepala. Betapa tidak, bagaiman pelaku yang masih anak-anak bisa melakukan perbuatan bejat seperti itu? “Ya, semua tidak menyangka. Kami kebobolan,” ucapnya lirih.

Menurut Subali, sikap para pelaku sehari-hari juga tidak berbeda dengan warga lain. Mereka juga santun berbicara dengan orang yang usianya lebih dewasa. Selain itu, semua pelaku juga tidak punya latar belakang pelaku tindak pidana. “Mungkin dipengaruhi pergaulan. Di desa, semua pelaku baik-baik saja,” ungkapnya.

Ketua BPD Sadang Subeki menambahkan, tidak sepakat jika kejadian itu merupakan imbas kurangnya perhatian kepada para pelaku. Dia meyakini warga, keluarga, dan sekolah sudah melakukan pengawasan dengan benar. “Tapi, kembali kepada individu masing-masing. Kalau sudah pergaulan di luar, sulit di monitor,” ucapnya. (cat/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO