Berdoa di Makam Gus Dur, Panglima Gatot: TNI Jadikan Ziarah Kubur sebagai Tradisi

Berdoa di Makam Gus Dur, Panglima Gatot: TNI Jadikan Ziarah Kubur sebagai Tradisi Panglima TNI Jenderal gatot Nurmantyo saat berdoa bersama di area makam KH Hasyim Asy'ari, Selasa (27/9). foto: RONY S/ BANGSAONLINE

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo membuat terobosan dengan menjadikan ziarah kubur sebagai tradisi di lingkungan institusi yang dipimpinnya. Tradisi yang sudah melekat di warga Nahdlatul Ulama (NU) itu juga dibiasakan di .

Pernyataan tersebut disampiakan Gatot usai ziarah di pemakaman keluarga Pondok Pesantren Kabupaten Jombang, Selasa (27/9). Di mana di pemakaman tersebut terdapat makam pahlawan nasional yaitu KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahid Hasyim. Serta presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Baca Juga: Panwascam Manyar Sosialisasi Netralitas ASN, TNI, Polri dan Kades di Pilkada Gresik 2024

Menurut Gatot, setelah pihaknya melakukan kajian, ziarah kubur akan dijadikan tradisi di kelembagaannya terutama setiap peringatan HUT .

membuat tradisi ini (ziarah kubur, red), setelah kami berdiskusi dengan para staf angkatan dan para asisten, maka disepakati perlu membuat tradisi ziarah sebelum atau dalam rangka HUT kepada panglima dan para pahlawan. Serta presiden sebagai panglima tertinggi ,” kata Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo.

Menurutnya, tradisi ziarah itu supaya tidak melupakan sejarah. Seperti sejarah perjuangan KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, dan Gus Dur. Gatot lantas bercerita tentang keterlibatan KH Hasyim Asy’ari dalam perjuangan bangsa yang mengeluarkan fatwa resolusi jihad.

Baca Juga: Pj Wali Kota Batu Anugerahkan Penghargaan untuk 24 Personel TNI-Polri

Dikatakannya, pada tanggal 17 September 1945 Bung Karno (Sukarno) meminta fatwa resolusi jihad kepada pendiri NU tersebut. Kemudian, pada tanggal 5 Oktober lahir. Yang selanjutnya, mendapat informasi ada serangan NICA yang membonceng sekutu.

”Saat itu kita tidak punya kemampuan, maka kita menemui KH Hasyim agar dikeluarkan fatwa jihad. Dikeluarkanlah fatwa jihad, dimana fardu ain untuk radius yang tidak jamak, sehingga wajib hukumnya bagi warga mengikuuti perang, fatwa itu dikeluarkan tanggal 22 Oktober,” paparnya.

Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama

Panglima , Gatot Nurmantyo saat berbincang dengan pengasuh Ponpes , KH. Salahuddin Wahid (Gus Solah).

Gatot melanjutkan, penetapan hari pahlawan awalnya tanggal 9 November, tapi KH Hasyim Asyari meminta agar menunggu singa jawa barat yaitu KH Abas hingga datang. Sehingga pada tangga 10 itulah ditetapkan hari pahlawan.

”Makanya melalui ziarah ini supaya generasi muda dapat mencontoh perjuangan para pejuang-pejuang terdahulu, termasuk KH Hasyim Asyari. Kita juga harus bergandengan tangan berjuang dengan tulus dan ikhlas,” pungkasnya.

Baca Juga: Jelang Pilkada 2024: Bawaslu Kota Kediri Pastikan Netralitas ASN, TNI dan Polri

Dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Jombang, Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo disambut ratusan santri dan lantunan salawat banjari. Rombongan panglima diterima Pengasuh Ponpes , KH Solahudin Wahid (Gus Solah) beserta istrinya, Nyai Farida. Selain Gus Solah, hadir pula Yenny Wahid, pustri Gus Dur serta jajaran pengasun Ponpes lainnya. Bupati Jombang, Nyono Suharli Wihandoko juga terlihat di ruang tamu pondok.

Prosesi ziarah dilaksanakan dalam bentuk upacara militer. Panglima Gatot bertindak sebagai pimpinan. Setelah upacara penghormatan di makam keluarga , doa bersama kemudian dilangsungkan. Sedangakn kegiatan akhir, Panglima ditemani Gus Solah melaksanakan tabor bunga di area pemakaman. (rom/ony/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video '3 Prajurit TNI Gugur Akibat Baku Tembak di Papua':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO