Tafsir Al-Nahl 123: Umat Islam Bagai Hidangan yang Siap Disantap

Tafsir Al-Nahl 123: Umat Islam Bagai Hidangan yang Siap Disantap Foto ilustrasi: aksi sejuta lilin menuntut agar Ahok dibebaskan.

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

Tsumma awhaynaa ilayka ani ittabi’ millata ibraahiima haniifan wamaa kaana mina almusyrikiina (123).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Suatu hari, di tengah kerumunan para sahabat, nabi Muhammad SAW bertutur soal kondisi umat islam akhir zaman. Singkat kisah, umatku nanti dikepung oleh musuh-musuh dari berbagai sisi, bagai hidangan yang siap disantap oleh orang-orang lahap yang mengitarinya.

Para sahabat pada merunduk sedih, lalu sebagian ada yang menanyakan: "..am min qillah nahnu ya Rasulallah?" Apa karena jumlah kami sangat minoritas?

Rasul: "Oh tidak, jumlah kalian banyak sekali, kalian mayoritas. Tapi rapuh seperti buih di atas air sesuai kemauan air. "ghutsa' ka ghutsa' al-sail".

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Dialog berlanjut hingga pembahasan soal penyebab utamanya, mengapa umat islam yang mayoritas di negeri sendiri menjadi begitu rapuh dan dikuasai oleh minoritas.

Rasul menjelaskan: "Kalian terserang virus WAHAN".

Para sahabat bertanya: "Wahan itu apa ya Rasulallah?"

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Rasul menjawab: "Hubb al-dunya wa karahiyah al-maut". Kalian terlalu senang dunia dan takut kematian".

Tentu banyak syarah pada Hadis ini. Pendapat ulama paling umum adalah, umat islam itu kurang militan, kurang berpegang pada prinsip keimanan, kurang berjihad membela agama secara proporsional dan bijak. Lemah menghadapi nonmuslim, mengalah dan akhirnya tidak disegani oleh lawan.

Sedangkan "hubb al-dunya", umumnya dimaknai bahwa banyak tokoh agama yang suka bermewah-mewah, sehingga lemah dalam dakwah. Malahan mereka mencari makan kepada nonmuslim. Pasti lemah iman dan lemah prinsip. Itulah yang dikhawatirkan Nabi. 

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO