SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Terpuruknya harga gula petani makin merisaukan berbagai kalangan petani tebu berbagai daerah di tanah air. Di sejumlah daerah, lelang gula milik petani pada musim giling tahun 2017, telah pula beberapa kali gagal transaksi karena harga yang terbentuk terlalu rendah. Mengutip data Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia atau APTRI, harga gula petani pun terus merosot bahkan sempat menyentuh kisaran harga di bawah Rp9.200,- per kilo gram.
"Pemerintah harus turun tangan untuk mengatasi persoalan ini. Ada tiga sentimen negatif yang pada akhirnya membawa dampak pada psikologis pasar, antara lain: isu terkait pengenaan PPN gula petani; batasan harga eceran tertinggi atau HET gula Rp 12.500/kg; serta membanjirnya peredaran gula rafinasi dan gula kristal putih (GKP) di pasar konsumsi dengan bahan baku gula mentah impor," ujar ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia atau APTRI HM Arum Sabil, Rabu, (16/8/2017).
Terkait hal tersebut, maka ketua Dewan Pembina APTRI HM. Arum Sabil dan ketum DPP APTRI H. Abdul Wahid telah membentuk tim kerja. Tim kerja ini diharapkan bisa melaksanakan tugas organisasi APTRI guna mengawal lahirnya kebijakan pemerintah yang pro petani tebu terkait tiga hal di atas.
"Dan kami mengapresiasi kinerja tim kerja DPP APTRI dalam melaksanakan tugas yang telah diputuskan bersama dalam mengawal kebijakan pemerintah terkait masalah jatuhnya harga gula petani," jelas Arum Sabil.
Sesudah kordinasi secara intensif bersama ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum DPP, pada Selasa (15/8/2017) kemarin, Tim DPP APTRI telah melakukan rangkaian pertemuan dengan pejabat terkait di kantor Kementerian Perekonomian (Kemenko) RI. Tim Kerja APTRI tersebut, diantaranya adalah Ary Wachid (Litbang APTRI), Taufik Hidayat (wakil ketua APTRI Jateng) dan Made Windu (ketua APTRI Lampung).
Mengutip data tertulis dari hasil pertemuan di Kantor Kemenko, Tim Kerja APTRI pun telah buat kesepakatan bersama Dirut Bulog dan pejabat terkait di Kementrian Perekonomian.