Anggota PTPS di Lamongan Meninggal Dunia

Anggota PTPS di Lamongan Meninggal Dunia Jenazah Muis saat akan dimasukkan ke ambulans dibawa ke rumah duka.

LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Satu petugas Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) di TPS 5 Desa Pangkatrejo, Kecamatan Lamongan pada pemilu 2019 meninggal dunia setelah menderita panas tinggi yang disebabkan demam berdarah, Selasa (23/4).

Robbin Sayyid Abdillah (19) atau yang akrab disapa Muis harus meninggalkan keluarganya selamanya, setelah menjalani perawatan selama 6 hari di RSUD Lamongan.

Baca Juga: KPU Lamongan Tetapkan Nomor Urut Paslon Pilkada 2024

Suasana haru menyelimuti ruangan ICCU RSUD Lamongan. Korban yang telah meninggal dunia kemudian dimasukkan ke ambulans jenazah untuk diantarkan ke rumah duka.

Rochmi, ibunda almarhum, menuturkan kronologi saat anaknya jatuh sakit hingga meninggal dunia. Saat itu anaknya pulang dari mengawasi TPS mengeluh badannya panas dengan tensi yang sangat tinggi, sehingga langsung dibawa ke RS.

"Setelah mendapatkan perawatan yang intensif, akhirnya anak saya Robbin Sayyid Abdillah meninggal dunia," ungkap Rochmi yang berjalan mengiringi putranya yang sudah ditutup kain kafan dan dibawa ke ambulans.

Baca Juga: Kelelahan, 7 Petugas KPPS Meninggal, di Banyuwangi, Magetan, Wonosobo, Tangerang, Klaten, Aceh

Sementara itu, Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Lamongan, Dr. Tulus Pujianto menjelaskan kronologi penanganan petugas penyelenggara pemilu PTPS tersebut hingga meninggal dunia.

"Robin Sayid Abdillah masuk IGD pada tanggal 20, dengan keluhan panas empat hari, kondisinya lemah. Oleh dokter dilakukan uji laboratorium dan mengarah pada diagnosis demam berdarah. Trombositnya 98.000, kemudian dirawat di ruang Bougenvil 3," terangnya.

Kemudian, lanjut dia, hari kedua kembali dilakukan lab ulang, trombositnya turun menjadi 96.000. Hari ke-3 terjadi muntah kehitaman yang mengarah lebih pasti ke arah diagnosis demam berdarah.

Baca Juga: Sambut Pemilu 2024, 81 Panwascam se-Kabupaten Lamongan Dilantik

Setelah itu, dokter memutuskan untuk dirawat di ruang ICU, tapi karena ruang ICU penuh, akhirnya diputuskan dirawat di ruang ICCU tanggal 22 April jam 7 malam, dengan tensi yang sudah drop.

Hari ke-4, tanggal 23 trombositnya turun menjadi 56.000. Pasien dalam keadaan shock. Selanjutnya, pada jam 10, kondisi pasien semakin menurun hingga tak sadarkan diri.

Kemudian dilakukan resuistasi oleh dokter dan kemudian terjadi lagi muntah kehitaman, dan pada jam 10.35 dinyatakan meninggal oleh dokter.

Baca Juga: PKB Lamongan Optimis Menang Pemilu 2024

"Demam berdarah kan memang banyak faktor, kelelahan hanyalah pemicu. Kondisi sudah kena virus, kondisi lemah, akhirnya lebih parah," pungkasnya. (qom/rev) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO