Tafsir Al-Isra' 65: Melawan Tuhan, Iblis Siap Bersaing

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

65. Inna ‘ibaadii laysa laka ‘alayhim sulthaanun wakafaa birabbika wakiilaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

“Sesungguhnya (terhadap) hamba-hamba-Ku, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga.”


TAFSIR AKTUAL:

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Pembahasan sebelumnya tentang, betapa Tuhan memberi kebebasan buat Iblis mengerahkan segala kekuatan, menyangkut rayu suara, bisikan, dana, supporter, kekuasaan, dan lain-lain guna memengaruhi umat manusia mendurhakai Tuhan. Tanpa basa-basi, di hadapan Tuhan, Iblis bersumpah hendak menjerumuskan semua anak keturunan Adam, tanpa kecuali. Dendam Iblis ini sangat serius dan tidak main-main.

Dengan berbekal umur panjang yang dianugerahkan Tuhan sendiri hingga hari kebangkitan nanti, dilengkapi dengan ilmu tipu-tipu yang super tinggi dan pengalaman yang sangat matang, Iblis dan kroninya berjuang menge-GOAL-kan programnya sangat gigih.

Ayat studi ini adalah jawaban Tuhan, bahwa hamba-hamba-Nya tidak mudah begitu saja terperangkap dalam bujuk rayu. Tuhan turun tangan memback-up mereka, sehingga selamat dari kejahatan Iblis. (... wakafaa birabbika wakiilaan).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Pernyataan Tuhan pada ayat studi ini selaras dengan pernyataan-Nya di tempat lain dalam dialog yang sama. Pada al-Hijr:42, disebutkan, bahwa hamba-Nya tidak akan bisa dipengaruhi Iblis kecuali mereka yang sengaja ikut dan membejatkan diri (... illa man ittaba'ak min al-ghawin).

Tidak ada perbedaan makna yang signifikan antara tesis pada al-Isra' dan al-Hijr soal back-up Tuhan ini. Hanya saja, pada al-Isra' Tuhan lebih menekankan sisi rahmat-Nya yang turun tangan dan berkenan melindungi, sedangkan pada al-Hijr Tuhan menunjukkan sifat hamba-Nya yang lepas dan terjerat oleh rayu Iblis.

Bila dua tesis di atas digabung hingga membuahkan dan membentuk satu kesatuan statement, jadinya -kira-kira- begini:

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

Pertama, bahwa kedigdayaan Tuhan jauh melampaui kemampuan Iblis meski didukung dengan piranti apapun. Betapa lemah Iblis dan kroninya di hadapan Tuhan, pasti luluh, tak berdaya. Maka, pesan al-Isra' ini adalah jadikan Tuhan sebagai sandaran utama dalam menghadapi Iblis. Pakailah kekuatan Tuhan dengan mengoptimalkan ibadah dan manfaatkan perisai-Nya sebagai pelindung.

Seorang mukmin yang melanggengkan diri dengan istighfar, bertasbih, dan munajah kepada-Nya dijamin tidak akan tersentuh tangan Iblis. Jika karena kelengahannya sehingga Iblis berhasil menyusup dan mengganggu, maka tidak ada kekuatan lain yang super efektif mengusir selain kekuatan Allah SWT.

JIka anda terjebak masuk pekarangan orang lain, atau bertamu dengan baik-baik, tapi pemilik rumah punya anjing galak-galak menjaganya, anda berpotensi diserang bahkan mungkin dihabisi. Apa yang anda lakukan?

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Dua Nabi, Bapak dan Anak

Cara paling efektif bukan melawan atau pula menyuap anjing itu dengan tulang, melainkan memanggil majikannya agar mengendalikan anjing-anjingnya. Anda aman dan diperlakukan secara terhormat di rumah itu. Anjing-pun kembali ke tugas aslinya dan membiarkan anda hingga anda pulang meninggalkan rumah itu.

Kedua, bahwa yang bisa dipengaruhi Iblis itu hanyalah anak manusia yang memang sengaja ikut (man ittaba'ak). Manusia itu secara sukarela mendaftarkan diri menjadi pengikutnya, sehingga apa saja yang menjadi bisik rayunya mesti dituruti. Ringan mengeluarkan uang untuk maksiat, suka nonton pentas jogetan, menikmati artis bergoyang, enjoy mendengarkan musik yang merangsang nafsu birahi, adalah tanda pengikut Iblis.

Ketiga, pengikut Iblis adalah orang yang melawan perintah Tuhan, (al-ghawin). Mereka berat sekali mamatuhi perintah Allah, sebaliknya terasa ringan sekali menuruti perintah Iblis. Meninggalkan shalat, menzalimi orang lain, merasa tinggi hati, mengabaikan amal sosial, tidak suka menyantuni anak yatim, fakir, dan miskin. Malas mengerjakan ibadah adalah indikasi munafik, sudah terkontaminasi virus Iblis, meski tidak total.

Baca Juga: Usia Nabi Nuh 1.000 Tahun, Tapi "Gagal" Dakwahi Umatnya, Ini Perbedaan-Persamaan dengan Nabi Luth

Jadi, pesan al-Hijr ini terpusat pada pencegahan agar seorang mukmin tidak mudah berbuat maksiat dan selalu memacu diri dengan giat beribadah kepada Allah SWT. Allah a'lam.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO