Tafsir Al-Isra' 71: Kelak, Anda Digiring Bersama Grup "WA" Masing-masing

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

71. Yawma nad’uu kulla unaasin bi-imaamihim faman uutiya kitaabahu biyamiinihi faulaa-ika yaqrauuna kitaabahum walaa yuzhlamuuna fatiilaan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.

TAFSIR AKTUAL

Dipahami dengan pendekatan "umum la-lafdh", di mana ayat bisa dipahami dari makna kebahasaan, maka sangat mungkin pemimpin (imam) tersebut adalah imam madzhab. Jadinya, "Hai pengikut al-Hanafi, Hai pengikut al-Syafi'iy, Hai kelompok Wahabi dan lain-lain. Atau, Wahai pengikut Nahdlatul Ulama, Siapa pengikut Muhammadiyah, dan seterusnya.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Al-Hadis versi Abu Hurairah R.A. lebih detail lagi, bahwa kelak akan ada pengelompokan pemanggilan sesuai dengan amal tonjolannya, amal andalannya. Ada pemanggilan: "Wahai ahli sedekah, wahai ahli berpuasa, wahai ahli berjihad di jalan Allah dan seterusnya".

Lebih mengerikan lagi pemanggilan menurut riwayat versi Abu Sahl, bahwa ada juga pemanggilan sesuai komunitas, grup, kelompok, hobi yang dia gemari ketika di dunia. Jadi ada pemanggilan: "Ya al-daffaf". Mana grup penabuh kendang, seruling, drum, gamelan, organ alias kelompok seni?

Bahkan ada pemanggilan "Ya al-Nannam", wahai komunitas hoax, pengadu domba, penebar ujaran kebencian, pembuat fitnah. Jadi sangat mungkin, kalian akan digiring bersama grup WhatsApp (WA) kalian. Maka hati-hatilah masuk grup WA yang tidak manfaati. Lha, kalau grup WA-nya banyak...? Allah a'lam.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Bisa juga pemimin itu pemimpin ibadah. Jika kata imam diartikan sebagai imam shalat seperti kebiasaan kita memahami, maka benar dan bisa diterima. Maka, hati-hatilah ketika anda menjadi imam shalat. Sadarilah bahwa anda sedang memimpin ibadahnya umat, di mana kelak anda akan diminta pertanggungjawaban atas pelaksanaan shalat tersebut.

Jika shalat yang anda pimpin berkualitas, maka anda terpuji dan mendapat penghargaan pahala dari Allah SWT. Jika shalat jamaah yang anda pimpin itu buruk, seperti terlalu cepat, tidak memperhatikan tumakninah, maka anda yang akan dihakimi duluan olah Tuhan.

Apalagi jika para makmum menuntut kebijakan Tuhan karena shalat mereka buruk gara-gara ikut imam kapada anda. Anda bukan pemimpin ibadah yang lebih mengantar mereka ke surga, melainkan malah berpotensi mencelekakan mereka terbenam di neraka. Bisa jadi, pemimpin ibadah buruk disiksa duluan sebelum makmumnya. 

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO