Tafsir Al-Isra' 79: Hidup Korat-Karit, Tahajjud Solusinya

Tafsir Al-Isra Ilustrasi. foto: Pesantren Darunnajah

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

79. Wamina allayli fatahajjad bihi naafilatan laka ‘asaa an yab’atsaka rabbuka maqaaman mahmuudaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.

TAFSIR AKTUAL

Seorang teman hafidh al-qur'an dan kurang percaya terhadap kehebatan al-qur'an. Maklum, sebagai anak muda dan baru menikah, dia dibebani mencari nafkah yang mencukupi kehidupan keluarga. Pikirannya lebih memuja perhitungan matematis, kerja, dan kerja. Akibatnya, al-qur'an yang ada di dadanya kurang dioptimalkan. Kondisi ekonomi tidak malah membaik, dagang sana dan usaha sini ternyata tidak menghasilkan perubahan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Suatu ketika diajak temannya sowan ke seorang shalih yang terkenal sebagai wali Allah, karena kesalehan ibadahnya dan ketinggian zuhudnya. Di sana ngantre agak lama, dan pada gilirannya masuk ke ruang konsultasi yang telah disediakan.

Sang wali tidak bertanya dan tidak basa-basi, langsung mewejang sabdo. "Tahjjud, setiap malam tiga juz". Tidak diberi kesempatan bertanya atau apa, langsung disuruh pulang, "Sudah... pulang, amalkan," kata sang wali.

Teman itu bengong sejenak dan berpikir. Terus gimana menghidupi keluarga. Tapi dia mantap dengan wejangan sang wali dan bisnis mulai dikurangi demi tahajjud setiap malam dengan membaca al-qur'an hafalan tiga juz. Terus dijalani dan terus diistiqamahi.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Beberapa bulan ada orang menitipkan anaknya agar dididik al-qur'an. Dia berpikir, ya, diterima, tapi ditempatkan di mana. Rumahnya terbatas dan tidak ada kamar khusus. Dia ikhlas berbagi tempat tinggal dengan santri. Makin tambah dan makin sesak. Dan Tuhan memberi rezeki bisa membeli tanah tetangga dan dibangun pondok kecil. Lalu betambah dan makin bertambah.

Kini menjadi pondok pesantren al-qur'an yang sudah memproduk hafidh dan hafidah. Tidak hanya itu, taraf ekonominya yang dulu ngoyo berdagang ke sana kemari, kini cukup di rumah membimbing hafalan para santri, pagi, siang, dan malam. Subhanallah, kini rumahnya makin besar, bisa haji bersama keluarga, bisa umrah, bahkan punya mobil lumayan. Tuhan tak pernah bohong.

Tuhan tidak pernah bohong, bahwa "maqam mahmud" selalu dijanjikan untuk pelaku tahajjud. Makanya, kalau ada orang islam yang hidupnya berantakan, tidak bahagia, morat-marit, selain human error, prilakunya buruk, pasti ibadahnya buruk, pasti kurang istighfar, - lebih-lebih - pasti tidak aktif tahajjud.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO